Hal tersebut terungkap dalam konferensi pers di acara open house Pusan Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Selasa (19/11/2013).
Adi Santoso, salah satu peneliti bioteknologi LIPI, bercerita tentang pengalamannya meriset untuk menghasilkan erythropoietin, senyawa yang bermanfaat untuk menanggulangi anemia, dengan cara alternatif.
Tujuh tahun lalu, organisasi gabungan perusahaan farmasi memberi masukan kepada LIPI untuk mulai meriset erythropoietin.
Adi dan tim kemudian mencoba untuk meneliti dan akhirnya menemukan cara alternatif untuk menghasilkannya, yang semula harus pada sel mamalia. Setelah caranya ditemukan, ternyata tak ada tanggapan.
Selanjutnya, LIPI bekerjasama dengan perusahaan farmasi lokal namun kendala kapasitas dan keterbatasan sumber daya menusia menjadi hambatan. "Ternyata industrinya belum siap," katanya.
"Upscaling ini bukan perkara mudah. Dananya besar, lebih besar dari dana risetnya mungkin," kata Adi.
Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Witjaksono, mengatakan bahwa selama ini peneliti adalah pihak yang diminta agar melakukan riset yang aplikatif. Namun, menurutnya, perlu kesiapan industri dan pemerintah pula agar hasil riset bisa dikomersialisasikan.
"Seharusnya maju bersama, bukan hanya peneliti, tetapi juga banyak pihak termasuk pemerintah dan industri," katanya.
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, menurut Witaksono, kini telah memiliki beberapa produk hasil riset yang siap diadopsi. Salah satunya adalah tagatosa, gula rendah kalori yang akan menjadi solusi bagi penderita diabetes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.