Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Benda Langit Ini Bakal Menjadi "Hantu"

Kompas.com - 30/10/2013, 19:38 WIB

KOMPAS.com — Menyambut perayaan Halloween yang jatuh pada 31 Oktober, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis tiga benda langit yang bakal menjadi "hantu". Ketiganya ditangkap melalui teleskop luar angkasa milik NASA, Spitzer.

Ketiga struktur ini disebut sebagai planet nebula yang merupakan materi yang terlempar dari bintang sekarat. Sebagai isyarat kematian, bintang ini terkikis dan tertiup ke luar angkasa. "Kita melihat foto ini sebagai kepekaan terhadap sejarah hilangnya massa bintang dan belajar bagaimana mereka berevolusi selama ini," ujar Joseph Hora dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Cambridge, AS, yang juga kepala penelitian program observasi Spitzer. Ketiga benda langit tersebut ialah sebagai berikut.

Nebula Exposed Cranium

Planet nebula yang satu ini terletak sekitar 5.000 tahun cahaya di konstelasi Vela. Ia merupakan induk dari bintang sekarat yang secara perlahan kehilangan massanya. Bagian dalam dari nebula ini, yang terlihat seperti bubur dan berwarna merah, terbuat dari gas berion. Sementara cangkang hijau bagian luar lebih dingin, terdiri atas molekul hidrogen yang berpendar.

Nebula Hantu Yupiter

Nebula ini dikenal juga sebagai NGC 3242, terletak 1.400 tahun cahaya di konstelasi Hydra. Pencitraan inframerah dari Spitzer menunjukkan bagian luar yang lebih dingin dari bintang sekarat ini dengan warna merah. Sebagai bukti ia tengah menuju kematian adalah adanya bentuk cincin konsentris di sekitar obyek, yang merupakan dampak dari material yang terlempar secara periodik.

Nebula Halter Kecil

Nebula planet yang ini dikenal sebagai NGC 650 jaraknya sekitar 2.500 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Perseus. Ia memiliki bentuk kupu-kupu karena adanya piringan dari material tipis yang berasal dari bagian kiri bawah ke kanan atas.

Adanya angin kencang meniupkan material dari bintang, juga dari bagian atas dan bawah piringan yang berdebu tersebut. Awan yang nampak hijau-merah di sekitarnya berasal dari molekul hidrogen berpendar. Area berwarna hijau lebih panas daripada bagian yang merah. (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com