Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Ini Makam Alexander Agung?

Kompas.com - 27/08/2013, 16:23 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Arkeolog yang melakukan ekskavasi di Yunani mengklaim telah menemukan makam Alexander Agung.

Alexander Agung adalah salah satu pemimpin besar dan tak terkalahkan pada masa lalu. Pada saat kematiannya di usia 32 tahun 323 SM, Alexander Agung menguasai wilayah Mesir, Persia, dan Asia, serta membangun kerajaan terbesar di dunia.

Obyek yang sejatinya ditemukan oleh para arkeolog adalah gundukan bangunan berbentuk piramida di sebuah situs di Amphipolis, dekat kota Macedonia, 600 km di utara Athena.

Gundukan bangunan tersebut punya dinding berlapis marmer, diperkirakan berasal dari abad ke 4 SM. Alexander Agung meninggal di Mesopotamia, kini wilayah Irak, dengan sebab yang masih misterius. Hingga kini, makam pemimpin besar itu belum ditemukan.

Mempunyai panjang 498 meter dan tinggi 3 meter, gundukan bangunan tersebut diduga merupakan kompleks makam petinggi dari Macedonia, besarnya 10 kali lebih besar dari makam Phillip II dari Macedonia, ayah Alexander Agung.

Arkeolog percaya, gundukan bangun tersebut mempunyai patung singa Amphipolis, simbol kejayaan Macedonia kuno. Namun, arkeolog juga percaya bahwa patung tersebut tumbang dengan sendirinya atau sengaja dihancurkan oleh tangan-tangan jahil.

Apa yang membuat gundukan bangunan ini dikatakan sebagai makam Alexander Agung? Sebenarnya tak ada petunjuk arkeologis secara khusus.

Dugaan bahwa bangunan ini menyimpan jasad Alexander Agung bermula dari pernyataan pemimpin riset, Aikaterini Peristeri, bahwa gundukan bangunan ini menyimpan jasad "seseorang yang penting". Pernyataan tersebut memicu spekulasi bahwa mungkin jasad Alexander Agung yang tentu merupakan "seseorang yang penting" ada di sana.

Pihak Kementerian Kebudayaan Yunani mengatakan, spekulasi bahwa bangunan itu adalah makam Alexander Agung terlalu berlebihan. Penelitian arkeologis untuk mengungkap bukti-buktinya perlu dilakukan.

"Temuan di Amphipolis ini tentunya mengagumkan, tetapi sebelum ekskavasi selesai dilakukan, interpretasi apa pun dan identifikasi apa pun terkait figur sejarah tertentu terlalu berisiko," demikian pernyataan Kementerian Kebudayaan seperti dikutip IBTimes, Sabtu (24/8/2013).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com