Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Ini Timbul karena Banyak Membaca, Kok Bisa?

Kompas.com - 22/08/2013, 08:41 WIB
Dr. Andri, Sp.KJ

Penulis

Sumber Kompasiana


KOMPAS.com —
Tidak usah bingung membaca judul tulisan ini. Memang benar adanya kalau ada penyakit yang bisa timbul karena banyak membaca. Apa penyakit tersebut? Nanti akan saya jelaskan dalam paragraf selanjutnya.

Saya sudah lama mulai menulis. Sejak mahasiswa, saya senang menulis dan membuat buletin. Hal ini sebenarnya karena saya ingin memberikan informasi tentang apa yang saya baca. Ketika menjalani pendidikan spesialis, saya pun makin senang menulis, apalagi yang terkait dengan gangguan kejiwaan.

Hal ini disebabkan saya melihat artikel tentang gangguan kejiwaan masih sangat minim dan terjadi stigma di masyarakat kalau gangguan kejiwaan itu hanya mengurusi pasien dengan gangguan jiwa berat yang awam disebut orang gila. Bahkan, sampai sekarang pun pasien saya masih bertanya apakah dirinya mengalami gangguan jiwa sebab menurut dia gangguan jiwa itu yang seperti orang gila itu.

Setelah memutuskan mendalami bidang psikosomatik medis pada tahun 2007, tulisan saya lebih banyak berhubungan dengan gejala dan tanda gangguan psikosomatik yang kebanyakan gejala fisik. Tentunya menulis artikel psikosomatik mempunyai tantangan karena yang kita bahas kebanyakan adalah gejala fisik yang dalam ilmu kedokteran bisa mengarah ke ratusan diagnosis.

Bagaimana bisa langsung berpikir itu psikosomatik, apa benar pemeriksaan yang dilakukan telah menghindarkan dari diagnosis lain? Itulah mungkin yang paling sering berkecamuk di pikiran para pembaca artikel saya yang kebetulan adalah orang-orang yang mengalami gangguan psikosomatik.

Untuk itu, maka pemahaman psikiater yang bergerak di bidang ini tentang gejala dan tanda keluhan fisik serta perjalanan penyakit (patofisiologi) haruslah benar-benar mantap. Pasien gangguan psikosomatik yang kebanyakan ragu-ragu terus-menerus akan kondisi fisiknya yang sebenarnya baik-baik saja membutuhkan jawaban yang pasti dan tepat akan kebenaran "penyakit"-nya.

Dokter yang ragu-ragu dalam menjelaskan masalah terkait psikosomatik ini akan membuat pasien bertambah ragu dan malah memercayai tulisan-tulisan di internet tentang berbagai macam penyakit terkait gejala yang dia rasakan. Di sinilah judul artikel saya di atas menjadi bermakna.

Ternyata memang banyak pasien psikosomatik yang sebenarnya timbul penyakitnya karena terlalu banyak membaca artikel tentang penyakit di internet! Mengapa bisa demikian?

Ragu-ragu

Jika mau jujur, pasien yang mengalami keluhan psikosomatik memang adalah orang-orang yang selalu ragu akan kondisi fisiknya. Selain ragu dengan kondisi fisiknya, pasien dengan berbagai macam keluhan psikosomatik memang sering kali mempunyai daya adaptasi terhadap nyeri yang lebih rendah daripada normal.

Dalam praktik sehari-hari, sering saya mengatakan kepada pasien bahwa orang dengan keluhan psikosomatik memiliki sensitivitas terhadap rasa nyeri karena ambang rasa nyerinya rendah. Hal ini memang secara biologis di otak telah diteliti disebabkan ketidakseimbangan serotonin dan nor-epineprin yang merupakan neurotransmitter penting di otak. Sensitivitas nyeri yang rendah ini yang menyebabkan pasien psikosomatik mudah mengalami keluhan fisik (nyeri) yang bisa berlangsung lama.

Mudah dipersuasi

Selain sering ragu akan kondisi fisiknya, pasien psikosomatik kebanyakan mudah dipersuasi secara negatif, apalagi jika berkaitan dengan penyakit. Jika pasien mengalami gejala psikosomatik yang berupa keluhan fisik, pasien biasanya akan memikirkan hal-hal tentang gangguan medis yang mengerikan dulu, berlebihan dalam menanggapi sensasi tubuh yang dirasakan oleh tubuh pasien. Sering kali gejala ringan yang bagi orang normal tidak dirasakan atau segera berlalu bagi pasien menjadi terus-menerus dan terasa berat.

Persepsi diri yang selalu merasa sakit ini juga yang sering membuat persuasi, terutama yang negatif dan berkaitan dengan penyakit sangat masuk ke dalam otak pasien. Tidak heran semakin banyak membaca tentang penyakit, semakin banyak pula "penyakit" yang diderita pasien.

Itulah mengapa dalam pengobatan penting menyeimbangkan sistem otak sekaligus melakukan persuasi positif kepada pasien tentang keluhannya. Psikiater yang bergerak di bidang ini juga harus mumpuni dalam keilmuan medisnya sehingga tidak menjadi ragu-ragu dalam menegakkan diagnosis.

Jika mampu menulis, ada baiknya memang psikiater menulis untuk masalah-masalah yang terkait dengan keluhan psikosomatik dengan latar belakang ilmiah yang terbaru. Hal ini agar bisa menjadi sumber informasi bagi pasien-pasien yang sering timbul penyakitnya karena membaca artikel tentang penyakit. Itulah salah satu alasan saya mengapa akhirnya banyak menulis, termasuk di blog ini. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam Sehat Jiwa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau