Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanasan Global "Tertunda", tetapi Tetap Akan Terjadi

Kompas.com - 24/07/2013, 22:13 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Pemanasan global mungkin mengalami penundaan selama 15 tahun, tetapi tetap akan terjadi dan menjadi ancaman di masa depan.

Penundaan ini ditunjukkan dari stabilnya temperatur pada permukaan bumi sejak tahun 1990-an. Bagi beberapa kalangan, hal ini menjadi alasan untuk menyatakan bahwa pemanasan global tak akan terjadi secepat yang diduga.

Diberitakan The Telegraph, Senin (22/7/2013), stabilnya suhu global di permukaan bumi diperkirakan terjadi karena siklus alami laut yang menyerap suhu panas secara besar-besaran.

Tidak hanya laut, erupsi gunung berapi yang sering terjadi sejak tahun 2000 dan perubahan pada aktivitas Matahari pun memiliki andil yang cukup besar untuk menunda efek pemanasan global.

Penundaan ini tidak akan berlangsung lama. Menurut peneliti dari Met Office, penundaan pemanasan global hanya berlangsung 15 tahun. Suhu di permukaan Bumi akan mulai meningkat kembali dalam lima tahun ke depan.

"Suhu global di permukaan bumi masih tetap tinggi, 12 dari 14 tahun dengan suhu terpanas terjadi sejak tahun 2000. Pada lapisan troposfer, peningkatan suhu terus terjadi dalam beberapa tahun ini. Namun, suhu di stratosfer justru semakin dingin. Kombinasi ini adalah ciri yang khas dari efek rumah kaca pada sistem iklim kita," ujar Dr Peter Stott, kepala monitoring iklim Met Office.

Troposfer adalah lapisan dalam atmosfer yang paling dekat dengan permukaan Bumi. Keberadaannya ada dari nol sampai sekitar 15 kilometer dari permukaan Bumi. Sedangkan stratosfer merupakan lapisan atmosfer yang berada tepat di atas troposfer dan dapat mencapai ketebalan hingga lebih kurang 50 kilometer dari permukaan Bumi.

Para peneliti menyatakan bahwa penundaan ini sudah diduga sebelumnya, tetapi mereka gagal untuk menyampaikannya ke masyarakat.

"Selama ini kami mengabaikan jika akan terjadi perbedaan kecepatan dalam kenaikan suhu, tetapi perbedaan laju itu dapat diterima dan sama sekali tidak mengherankan. Memang benar bahwa tidak ada pesan yang kami komunikasikan sebelumnya dan hal inilah yang mungkin menjadi kesalahan," kata Prof Rowan Sutton, Direktur Climate Research di University of Reading. (Dyah Arum Narwastu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com