Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulasan Ramadhan: Sidang Isbat dan "Wujudul Hilal"

Kompas.com - 11/07/2013, 14:51 WIB

Muh. Ma'rufin Sudibyo*

KOMPAS.com - Sidang isbat penetapan awal Ramadhan 1434 H diadakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI di Jakarta, pada 8 Juli 2013 lalu. Selain anggota Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Kementerian Agama Republik Indonesia, sidang juga dihadiri oleh duta-duta besar negara sahabat, khususnya dari negara-negara Islam atau yang berpenduduk mayoritas Muslim serta komponen lainnya yang terkait.

Selain menghimpun seluruh pendapat dari 26 sistem hisab di Indonesia, yang sebelumnya telah dikupas-tuntas dalam forum temu kerja hisab rukyat nasional setiap tahunnya, sidang juga menghadirkan laporan-laporan observasi hilaal dari berbagai penjuru di Indonesia.

Kementerian Agama menggelar rukyat hilal pada 53 titik observasi di segenap penjuru Indonesia. Mayoritas telah dilengkapi dengan instrumen astronomi termutakhir berupa teleskop berpenyangga (mounting) otomatik yang dilengkapi kamera serta jejaring internet sebagai hasil kerjasama Observatorium Bosscha, Kementerian Komunikasi dan Informasi dan Kementerian Agama.

Dengan demikian, teleskop akan secara otomatis langsung menyasar posisi Bulan setiap saat. Sementara, citra yang dihasilkannya langsung ditayangkan (real time) ke publik. Selain di titik-titik itu, beberapa Kementerian Agama kabupaten/kota juga menggelar rukyat hilaal atas inisiatif sendiri dengan instrumen yang dimilikinya seperti binokuler atau teodolit.

Ormas Islam seperti NU pun menggelar rukyat sendiri dengan titik jauh lebih banyak hingga mencapai ratusan buah, meski keterbatasan membuat mayoritas masih mengandalkan mata semata tanpa alat bantu optik apapun. Seluruh titik ini melaporkan hasilnya ke forum sidang isbat.

Luasnya wilayah Indonesia yang merentang dari Sabang hingga Merauke sementara Matahari baru terbenam di Sabang pada pukul 18.56 WIB membuat laporan rukyat terakhir akan tiba di sidang isbat setelah pukul 19.00 WIB. Jika tidak ada satupun titik observasi di Indonesia bagian timur dan tengah yang melaporkan keberhasilan melihat hilal, maka sidang baru dimulai selepas laporan rukyat dari Aceh diterima. Dan bila sidang berlangsung lancar tanpa perdebatan berkepanjangan, Keputusan Menteri Agama akan dinyatakan sekitar pukul 20.00 WIB.

Sebagian orang kerap salah paham memandang sidang isbat, yang dianggap sebagai sidang bertele-tele dan memakan waktu lama. Namun, luasnya wilayah Indonesia-lah yang memaksa Keputusan Menteri Agama baru dinyatakan saat Papua dan sekitarnya telah memasuki pukul 22.00 WIT, sementara Sulawesi dan Nusa Tenggara beranjak ke pukul 21.00 WITA.

Terkecuali jika terjadi situasi seperti penetapan Idul Fitri 1433 H (2012) lalu, di mana sidang berlangsung lebih cepat karena hilal terlihat dari Kupang (NTT) dan Makassar (Sulawesi Selatan), lengkap dengan citranya.

Menteri Agama menetapkan 1 Ramadhan 1434 H bertepatan dengan Rabu 10 Juli 2013. Sebabnya elemen-elemen geometris Bulan di Indonesia yang masih jauh di bawah limit kritis. Jika mengacu pada peta yang dilansir Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dengan elevasi pada paras air laut rata-rata, maka beda tinggi Bulan-Matahari di Indonesia merentang antara -0,2 hingga +1,2 derajat (tinggi Bulan terkoreksi antara -0,7 hingga +0,2 derajat), umur Bulan bervariasi antara +1,3 hingga +4,7 jam, elongasi Bulan-Matahari bervariasi antara 4,5 hingga 4,9 derajat dan Lag Bulan bervariasi antara -3,3 hingga +3,4 menit.

Berdasarkan histori praktik rukyat hilal yang telah berlangsung di Indonesia hingga saat ini, pada elemen geometris tersebut keberhasilan melihat hilal adalah mustahil bahkan meski dibidik dengan instrumen teleskop tercanggih sekalipun.

Namun, demikian bagi “kriteria” wujudul hilaal yang tak mensyaratkan observasi, elemen fisis Bulan telah memenuhi syarat wujudul hilaal khususnya bagi sebagian Indonesia. Demikian pula bagi sebagian pihak yang berbasis sistem hisab al-Mansyuriyah dan memadukannya dengan rukyatul hilal meski sejatinya sistem hisab ini tergolong kurang akurat.

Bagi sistem hisab al-Mansyuriyah, umur Bulan di Indonesia telah lebih dari 7 jam sehingga “tinggi” Bulan, menurut mereka, yang dirumuskan secara sederhana sebagai umur Bulan dibagi 2, telah mencapai +3,5 derajat. Maka, bagi dua kalangan ini 1 Ramadhan akan bertepatan dengan Selasa 9 Juli 2013.

Wujudul Hilal dan al-Mansyuriyah

Meski telah diupayakan sebagai persepakatan para pihak terkait, “kriteria” imkan rukyat revisi belum sepenuhnya diterima oleh segenap pihak. Misalnya Muhammadiyah, yang masih tetap bersikukuh menggunakan “kriteria” wujudul hilal yang memiliki rumusan sederhana, yakni Lag Bulan sekitar -2 menit. Muhammadiyah beralasan, kriteria berbasis beda tinggi Bulan-Matahari (atau tinggi Bulan dan variasinya) tak bisa digunakan karena tak menjamin kepastian akibat beragamnya pendapat cendekiawan falak dalam menetapkan batas minimum beda tinggi Bulan-Matahari agar Bulan berstatus hilaal.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com