Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Pertama Hasil Upaya "Desain Bayi" Lahir

Kompas.com - 09/07/2013, 15:24 WIB

KOMPAS.com — Bayi pertama dari program "desain bayi" yang memanfaatkan teknologi In Vitro Fertilization (IVF) dan Next Generation Sequencing (NGS) berhasil dilahirkan.

Pemanfaatan teknologi IVF dan NGS kadang disebut program "desain bayi" karena selain mencakup upaya pembuahan di luar sistem reproduksi, juga mencakup analisis genetik untuk mengetahui adanya kelainan dan potensi penyakit untuk memilih embrio hasil pembuahan yang pertumbuhannya layak untuk dilanjutkan hingga menjadi bayi.

Bayi pertama yang lahir dari program "desain bayi" tersebut dinamai Connor Levy. Bayi tersebut lahir di Amerika Serikat pada 18 Mei 2013 yang lalu. Connor lahir dari pasangan orangtua Marybeth Scheidts (36) dan David Levy (41).

Perjalanan suami istri Scheidts dan Levy ikut serta program "desain bayi" bermula dari tiga kali kegagalan menempuh upaya Intrauterine Insemination (IUI). IUI sendiri adalah upaya menginjeksikan sperma yang telah bebas dari semen dan komponen lain ke dalam rahim perempuan. Karena kegagalan itu, Scheidts dan Levy memutuskan menempuh upaya IVF di klinik Main Line Fertility di Pennsylvania.

Setuju menjalankan IVF, seorang spesialis kesuburan dari Universitas Oxford, Dagan Wells, menawarkan untuk memeriksa kromosom embrio hasil IVF sebagai bagian dari studi internasional.

Pemeriksaan kromosom embrio sendiri penting. Kemungkinan embrio memiliki jumlah kromosom yang salah meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu dan kadang ayah. Untuk perempuan berumur 20 tahunan, satu dari 10 embrionya kemungkinan memiliki jumlah kromosom yang salah. Adapun untuk perempuan berusia 40 tahunan, kemungkinan ini meningkat hingga lebih dari 75 persen.

Kelainan kromosom menyumbangkan 50 persen alasan dalam kasus keguguran. Biasanya, embrio dengan kelainan kromosom gagal terimplantasi di rahim. Jika berhasil, maka bayi akan lahir dengan kelainan seperti Sindrom Down dan Turner.

Setuju dengan pemeriksaan genetik embrio, Scheidts dan Levy otomatis ikut serta dalam upaya "desain bayi". Desain bayi yang ada di sini bisa dikatakan masih sangat sederhana. Ke depan, bisa dimungkinkan pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin, warna rambut ataupun kecerdasan. Bisa pula dihasilkan bayi dari sperma atau sel telur yang telah direkayasa secara genetik.

Proses "mendesain" Connor sendiri dimulai dengan prosedur standar hingga proses pembuahan. Dari prosedur IVF ini, dihasilkan sejumlah 13 embrio.

Dokter kemudian menumbuhkan embrio selama lima hari, mengambil beberapa sel dan mengirimnya ke Universitas Oxford untuk analisis terhadap kromosom. Hasil analisis menunjukkan, walaupun banyak embrio tampak sehat, hanya tiga embrio yang memiliki jumlah kromosom yang tepat.

Satu embrio kemudian dipilih, sementara yang lain ditaruh di tempat penyimpanan dingin. Sembilan bulan kemudian, satu embrio yang dipilih itu menjadi bayi sempurna dan lahir dengan nama Connor Levy.

Kelahiran Connor dan keberhasilan dokter dalam upaya IVF dan NGS diumumkan kepada European Society of Human Reproduction and Embryology (Eshre) dalam sebuah pertemuan di London pada Senin (8/7/2013). Keberhasilan ini mungkin akan segera diikuti dengan kesuksesan berikutnya karena pasangan asal Amerika Serikat lain juga tengah menjalani hal serupa di New York University Fertility Center.

Di Inggris, dokter dilarang untuk melakukan prosedur pemilihan embrio kecuali atas alasan medis. Namun, seiring dengan perkembangan beragam penyakit terkait genetik, upaya pemilihan embrio untuk mendukung kesehatan mungkin akan semakin intensif.

Untuk saat ini, prospek "desain bayi" masih sangat terbatas. Michael Glassner, dokter dari klinik Main Line Fertility yang terlibat upaya kelahiran Connor seperti dikutip The Guardian, Minggu (7/7/2013), mengatakan, "IVF masih mahal dan tak nyaman serta tak ada jaminan bayi pada akhirnya. Saya tak bisa membayangkan orang melakukan IVF untuk alasan sepele."

Meski demikian, prosedur NGS sendiri cukup murah dibandingkan prosedur analisis genetik lain bernama Array CGH yang menambah biaya IVF hingga 2.000 poundsterling.

Scheidts kini masih memiliki dua embrio di tempat penyimpanan. Namun, ia masih gembira dengan bayi pertamanya sehingga belum tahu apa yang ingin dilakukan pada embrio lainnya. "Kami bahkan belum memikirkannya. Kami akan lihat bagaimana tahun pertama ini berjalan," katanya.

Beberapa komentar masuk di situs Guardian terkait keberhasilan ini. Ada yang mengucapkan selamat, ada pula yang mengkritik dengan mengatakan bahwa inilah awal dari terciptanya manusia super atau mengatakan mengapa pasangan yang kesulitan memiliki momongan tidak mengadopsi anak yang membutuhkan daripada menempuh upaya IVF yang sedemikian mahal. (Dyah Arum Narwastu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com