Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/07/2013, 22:20 WIB
Julianto Simanjuntak

Penulis

Sumber Kompasiana


KOMPAS.com - Apakah seorang pria itu pembosan? Bisa ya bisa tidak. Tetapi, setidaknya sebagian pria hidupnya suka dengan yang dinamis, enggan sesuatu yang monoton dan rutinitas.

Demikian pula halnya dalam membina keintiman dengan pasangannya, termasuk keintiman seksual. Dalam pengalaman saya sebagai terapis keluarga, ada beberapa sumber kebosanan pria.

Pertama, jika mendengar isi komunikasi istrinya monoton. Terjadi pengulangan, apalagi dengan ekspresi dan intonasi yang kurang menarik.

Saat seperti ini nampak suami memilih diam atau hanya menjawab singkat : hmm…ya… mungkin….entahlah…

Malas mengeksplorasi percakapan. Ekstremnya, malah memilih tidur atau bekerja di depan komputer, atau berpura-pura sibuk.

Cara mengatasinya adalah selalu melatih diri menjadi pendengar yang baik. Belajar humor dan memperbanyak kosa kata dan isu percakapan yang disukai pria seperti politik, mobil, bola dsb. Kembangkan juga hobi bersama, supaya nyambung.

Kedua, variasi hubungan seksual yang minim. Pria senang menikmati segala sesuatu dengan variasi. Lihat saja mungkin pasanganmu suka membawa motor atau mobilnya ke bagian variasi mobil, dan rela mengeluarkan uang banyak hanya sekedar ganti klakson atau knalpot.

Hal yang sama tampak dalam hubungan suami-istri. Ia ingin punya variasi, tidak hanya posisi saat berhubungan seksual tapi juga tempat melakukannya. Jika istri kurang memahami kebutuhan ini, cepat atau lambat pasaanganmu akan merasa bosan dan bisa-bisa berujung selingkuh.

Solusinya, bicarakan terbuka variasi hubungan yang disukai pasangan, dan frekuensi dan waktu yang dibutuhkan.

Ketiga, dalam hal karir. Jika pria sudah merasa mentok dengan jabatan, atau penghargaan di kantornya maka ia berpikiran ingin pindah kerja. Indikasinya, pasangan anda banyak mengeluh tentang kantor. Mengeluhkan hubungan dengan teman kerja hingga enggan banget berangkat kerja.

Mungkin pasangan anda sibuk kerja dan lupa mengembangkan diri. Malas sekolah lanjut atau setidaknya ikut seminar rutin dsb. Sehingga saat terjadi kompetisi dengan rekan yang lebih muda, pasanganmu merasa diabaikan bosnya. Namun sering pindah kerja jusru melemahkan isi CVnya, karena dianggap tidak loyal.

Solusinya, sejak menikah dorong agar pasangan selalu kembangkan diri. Suka membaca dan belajar. Kalau perlu studi lanjut agar membuatnya lebih menguasai pekerjaannya.

Keempat, sibuk kerja dan kurang rekreasi. Kesibukan bekerja dan rutinitas bisa mendatangkan rasa jenuh. Sayangnya pasanganmu merasa tak perlu ambil cuti dan rekreasi. Saat mengalami overload syndrom dia merasa cepat capek. Banyak mengeluh. Saat seperti ini dorong pasanganmu ambil cuti dan pergi berlibur. Apalagi jika pasanganmu mengidap workaholic alias candu kerja.

Tentu ini bukan kesalahan pasangan (istri) semata. keluar dari rasa bosan juga merupakan tanggungjawab utama kita sebagai pria dewasa.

Sorry baru dari sisi pria, semoga nanti bisa menuliskan dari sisi istri.

Semoga mencerahkan !

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompasiana

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com