Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalikan Kejayaan Sapi Bali

Kompas.com - 14/06/2013, 14:41 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sapi Bali dahulu sempat menjadi primadona karena karakteristik dagingnya. Namun, kini pamor sapi Bali redup karena kurangnya pengetahuan akan manajemen budidaya.

Endang Tri Margawati yang dikukuhkan sebagai profesor riset bidang Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Jumat (14/6/2013) mengungkapkan, kejayaan sapi Bali bisa dikembalikan dengan penelitian intensif, termasuk menggunakan pendekatan molekuler.

Endang mengatakan, "Tahun 1970an, Indonesia pernah mengekspor sapi Bali ke Hongkong untuk steak. Daging sapi Bali rendah kadar lemak dan teksturnya lembut. Tapi karena kesalahan manajemen akhirnya sapi Bali menjadi kurang baik."

Menurutnya, peternak sapi Bali kurang menguasai teknik budidaya. Dahulu, sapi Bali gemuk dan besar. Namun, sekarang ukurannya menjadi kecil akibat inbreeding. Kualitas sapi Bali menjadi lebih rendah.

Endang mengungkapkan, sapi Bali sebenarnya memiliki keunggulan. "Saat ini dikenal carcass-nya tinggi. Artinya, kalau dipotong, daging yang bisa dimakan lebih banyak. Saya menduga karena sapi Bali punya tulang lebih kecil."

Untuk mencukupi kebutuhan daging, Endang menekankan perlunya meneliti beragam jenis sapi di Indonesia agar mendapatkan data tentang sapi yang mampu menghasilkan daging terbanyak secara relatif terhadap bobot tubuhnya.

Pendekatan molekuler bisa diaplikasikan. "Kita sedang berupaya untuk memurnikan (secara genetik) sapi Bali," ungkap Endang yang ditemui usai acara pengukuhan di gedung LIPI hari ini. Sapi Bali murni kemudian dipakai sebagai induk baru.

Endang menuturkan, "kelemahan sapi bali adalah penyakit jembrana. penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang imunitas, mirip dengan virus HIV." Perlu dikembangkan vaksin yang lebih efektif untuk memerangi penyakit ini.

Great Science

Selain Endang, profesor riset yang juga dilantik hari ini adalah Harianto Soetjijo sebagai profesor riset bidang tenik sumber daya dan Gadis Sri Haryani sebagai profesor riset bidang limnologi.

Kepala LIPI, Lukman Hakim, mengatakan, LIPI akan terus berkarya untuk "menciptakan great science (ilmu pengetahuan yang berdampak penting dan invensi yang mendorong inovasi dalam upaya meningkatkan daya saing perekonomian nasional."

Lukman mengharapkan, profesor riset dapat berperan menghasilkan penemuan tersebut serta membina peneliti muda untuk berprestasi dalam ilmu pengetahuan. Dengan pengukuhan ini maka Indonesia kini punya 407 profesor riset dari 8148 peneliti, jumlah yang sebenarnya masih kurang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com