Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penetasan Telur Eksitu Diterapkan pada Maleo

Kompas.com - 07/06/2013, 11:40 WIB

LUWUK, KOMPAS.com — Perkembangbiakan burung maleo bisa melalui penetasan telur secara eksitu atau di luar habitatnya dengan teknologi inkubasi, yakni memanfaatkan faktor suhu dan kelembaban untuk meningkatkan keberhasilan. Cara itu diharapkan turut meningkatkan populasi satwa endemis Sulawesi terancam punah tersebut secara signifikan.

”Upaya konservasi maleo secara eksitu ini baru pertama kali. Ini terobosan baik dan bisa membantu pencapaian target peningkatan populasi satwa endemis utama, maleo,” kata Sihabuddin, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara, di sela peresmian Maleo Center, Rabu (5/6/2013), di Batui, Kabupaten Banggai.

Pemanfaatan teknologi inkubasi di Maleo Center diterapkan PT Donggi Senoro bekerja sama dengan akademisi dan BKSDA Sulteng. Lokasinya di dekat proyek instalasi kilang liquefied natural gas Donggi Senoro, di pinggir pantai Desa Uso.

Di Maleo Center sudah ditetaskan 29 telur burung maleo. Sebanyak 15 ekor berusia empat bulan dan 14 ekor berusia satu bulan. Menurut rencana, tiga bulan mendatang, ke-14 maleo akan dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Bakiriang, tempat telur itu diperoleh.

”Sementara 15 ekor yang sudah berusia empat bulan itu akan tetap di Maleo Center untuk tujuan penelitian dan edukasi,” kata Sugeng Putranto, spesialis lingkungan Donggi Senoro.

Observasi

Hasil observasi dan kajian tiga bulan, sebelum membangun Maleo Center, telur maleo yang menetas alami di habitatnya berhasil sekitar 10 persen. Lewat pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan persentase hingga 75 persen.

”Kuncinya pada suhu dan kelembaban. Di alam, fluktuasi cukup tinggi. Selain itu, predator babi dan biawak mengancam telur dan maleo yang baru menetas,” kata Mobius Tanari, dosen Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako, Palu, yang terlibat dalam program konservasi tersebut.

Burung maleo menjadi satu dari 14 spesies endemis Indonesia terancam punah yang diprioritaskan peningkatan populasinya. Di habitatnya, yaitu seluruh Pulau Sulawesi, kecuali Provinsi Sulawesi Selatan, populasi maleo diperkirakan sekitar 5.000 ekor.

”Selain peningkatan populasi maleo, kami juga akan berpartisipasi untuk meningkatkan populasi anoa dan tarsius, satwa endemis Sulawesi lainnya yang terancam punah,” kata Djoko Wibowo, Presiden Direktur Donggi Senoro. (ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com