Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspedisi LIPI Bakal Ungkap Kekayaan Selat Makassar

Kompas.com - 03/06/2013, 15:24 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali menggelar ekspedisi penelitian. Kali ini lewat Pusat penelitian Oseanografi, LIPI menggelar Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) yang akan mengungkap kekayaan perairan Selat Makassar.

Tim peneliti mulai berangkat menjalankan ekspedisi, Senin (3/6/2013) hari ini. Ekspedisi akan dijalankan selama 20 hari. Sejumlah 20 orang peneliti terlibat, empat di antaranya merupakan peneliti asing dari Korea Selatan dan China.

Dirhamsyah, peneliti senior Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dalam acara pelepasan tim ekspedisi yang digelar siang ini mengatakan bahwa ekspedisi ini merupakan ekspedisi penelitian laut dalam pertama yang dilakukan di Selat Makassar.

"Kebanyakan lembaga penelitian di dunia meneliti physical oceanography. Belum banyak yang meneliti marine biodiversity. Kami akan mencoba mengisi lubang itu dengan berusaha mengungkap keanekaragaman hayati di Selat Makassar," kata Dirhamsyah.

Ekspedisi akan mengungkap kekayaan zona pelagik bagian dalam serta bentik (dasar laut). Diharapkan, beberapa jenis baru bisa diidentifikasi untuk membantu menyusun basis data keanekaragaman hayati laut Indonesia.

Susetiono, Ketua Tim Ekspedisi EWIN 2013, mengatakan bahwa fokus penelitian lain adalah mengungkap proses fisika dan kimia di perairan Selat Makassar, seperti arus vertikal lautan dan aliran arus dari Samudera Pasifik barat ke Samudera Hindia yang melewati Selat Makassar.

"Di Selat Makassar, sejumlah 8 - 9 juta meter kubik air laut per detik mengalir dari Samudera Pasifik Barat ke Samudera Hindia melewati Selat Makassar. Apa saja yang dibawa sampai saat ini belum banyak diketahui," kata Susetiono.

Menurut Iskandar Zulkarnain, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, besarnya jumlah air laut yang mengalir lewat Selat Makassar bisa jadi menguntungkan atau merugikan. "Kita tidak tahu apakah juga ada polutan. lalu jika ada, bagaimana nanti dampaknya," urainya.

EWIN dilaksanakan sejak tahun 2007. EWIN sebelumnya telah dilakukan di wilayah Raja Ampat dan Kepulauan Natuna. Hasil-hasil ekspedisi kali ini diharapkan bisa dipublikasikan di jurnal internasional sehingga bisa berkontribusi pada pengembangan wawasan kelautan secara global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com