Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"God Particle" Menyisakan Soal

Kompas.com - 01/05/2013, 10:20 WIB

Oleh BRIGITTA ISWORO LAKSMI

KOMPAS.com - Jagat cilik jagat gede. Dunia mikrokosmos dan dunia makrokosmos. Manusia hadir di keseluruhan - ”dunia kecil” dalam dirinya (batinnya) dan ”dunia besar” (di luar dirinya).

Dalam kisah fiksi sains Carl Sagan, Cosmos, digambarkan bahwa dalam elektron yang berukuran dengan orde 10-15 terdapat alam semesta, demikian seterusnya, pada setiap regresi terdapat alam semestanya.

Dari waktu ke waktu, kosmologi — ilmu untuk memahami alam semesta mulai dari lahirnya, perkembangannya, bentuk, ukuran, dan nasibnya di saat akhir — selalu menarik perhatian karena terkait dengan asal-usul.

Seperti dituliskan Karlina Supelli, kosmologi dalam sejarahnya merupakan bidang ilmu yang terletak di perbatasan karena menggunakan data dan pendekatan beragam bidang ilmu tanpa terkendala batas-batas metodologis yang ketat, tetapi juga tak menyangkal adanya pembidangan ilmu pengetahuan (”Ciri Antropologis Pengetahuan” dalam buku Dari Kosmologi ke Dialog, Karlina Supelli, 2011).

Meski bermula dari pendekatan mistis, religius, dan empiris, sesuai perkembangan ilmu modern, kosmologi kini semakin bertumpu pada ilmu fisika teoretik energi tinggi. Dalam ilmu fisika energi tinggi, tingkat energi mencapai orde 1 Tera electron Volt.

Penemuan partikel Higgs boson menjawab adanya massa pada partikel di alam semesta. Penemuan ini menjawab pertanyaan fundamental yang muncul sejak tahun 1960-an.

Penemuan terjadi pada percobaan dengan mesin atom smasher (pembelah atom) Large Hadron Collider yang berada di wilayah Perancis - Swiss dekat Geneva. Fasilitas yang dibangun pada 1998-2008 itu merupakan yang terluas dan paling kompleks.

Pada 14 Maret lalu, para ahli di laboratorium milik European Organisation for Nuclear Research itu mengonfirmasikan penemuan partikel yang muatannya sesuai dengan partikel Higgs boson. Partikel tersebut dikenali pada Juli 2012, tetapi mereka baru mengonfirmasikan secara resmi pada Maret lalu setelah melakukan sejumlah pengujian.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Higgs boson yang ditemukan ternyata adalah Higgs boson yang muncul dari mekanisme Higgs. ”Mekanisme Higgs menjelaskan bagaimana massa terbentuk di alam semesta,” ujar pengajar Ilmu Fisika Teoretik Energi Tinggi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Freddy P Zen kepada Kompas. Mekanisme Higgs terjadi saat partikel skalar yang tidak stabil mencapai titik stabil.

”Partikel skalar ini tak bermassa dan spinless, seperti foton partikel cahaya,” kata Freddy. Selain itu, mekanisme Higgs juga menjelaskan tentang teori mengembangnya semesta (universe inflation) yang ditemukan ilmuwan AS: Saul Perlmutter, Brian P Schmidt, dan Adam G Riess yang menerima Penghargaan Nobel bidang Fisika tahun 2011.

Setelah mekanisme Higgs menjadi ada partikel bermassa dan partikel Higgs. Peristiwa penting pembentukan alam semesta ini terjadi pada waktu 10- 37 setelah peristiwa Big Bang (Ledakan Besar).

Bukan itu saja peran mekanisme Higgs. Setelah mekanisme Higgs, dimulailah dominasi materi (matter dominated), seperti alam semesta yang kita kenal sekarang.

”Dengan demikian, peran partikel Higgs dipandang demikian penting terhadap terjadinya alam semesta seperti yang kita kenal ini sehingga Higgs boson disebut sebagai ’partikel tuhan’ (god particle). Padahal, sebenarnya ada banyak partikel lain yang juga punya peran penting dalam proses terjadinya alam semesta, seperti foton, partikel skalar, dan sebagainya,” papar Freddy.

Berbagai teori

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com