Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Observatorium Bosscha 90 Tahun

Kompas.com - 24/04/2013, 08:40 WIB

Oleh AGNES ARISTIARINI

Where there is an observatory and a telescope, we expect that any eyes will see new worlds at once (Di mana ada observatorium dan teleskop, di situ kita berharap menemukan hal-hal baru seketika)

Henry David Thoreau Filsuf, Sastrawan AS, 1817-1862

KOMPAS.com - Tak banyak yang menyadari, tahun ini Observatorium Bosscha genap berusia 90 tahun. Sejak Sabtu (20/4/2013), acara pembuka rangkaian peringatan 90 tahun Observatorium Bosscha sekaligus Bulan Budaya Bernalar 2013 sudah dimulai.

Penelitian tentang asteroid dan benda langit lain di Observatorium Bosscha mengilhami kuliah umum ”Melintas dan Mengitari Bumi” oleh ahli tata surya Institut Teknologi Bandung, Dr Budi Dermawan, pekan lalu. Acara dilanjutkan dengan konferensi pers tentang ”90 Tahun Observatorium Bosscha dan Masa Depan Astronomi di Indonesia”, Bulan Budaya Bernalar 2013, serta menikmati eksposisi di kompleks Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat.

Mulai dibangun tahun 1923—saat para astronom menyadari bahwa teleskop besar masih berpusat di belahan bumi utara sehingga perlu pengimbang di belahan bumi selatan agar bisa komprehensif mengamati sistem galaksi—inilah satu-satunya observatorium astronomi besar di Indonesia hingga kini.

Perjalanan

Adalah Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda yang dalam rapat pertamanya memutuskan pembangunan observatorium di Indonesia. Dalam rapat itu, Karel Albert Rudolf Bosscha, pemilik perkebunan teh Malabar yang juga peminat astronomi, bersedia menjadi penyandang dana utama. Atas jasanya, Bosscha diabadikan menjadi nama observatorium.

Bosscha ditemani Rudolf A Kerkhoven, keponakan sekaligus sesama anggota NISV. Kerkhoven menawarkan teleskop Zeiss bergaris tengah 13 sentimeter miliknya, jam astronomi Richter, dan sebuah teleskop transit yang berjasa besar menentukan posisi geografis Indonesia sebagai pelengkap.

Sebenarnya kapan persisnya pembangunan Observatorium Bosscha dimulai tidak diketahui. Karena itu, Komunitas Astronomi Indonesia sepakat memilih 18 Oktober 1951—saat GB van Albada dikukuhkan sebagai Guru Besar Astronomi pertama ITB—sebagai hari ulang tahun pendidikan astronomi di ITB dan Observatorium Bosscha.

Observatorium ini menjadi bagian dari ITB, setelah ITB berdiri tahun 1959. Sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan astronomi.

Kontribusi

Dalam perjalanan panjangnya, peralatan Observatorium Bosscha—yang semula hanya memiliki teropong refraktor ganda bergaris tengah lensa 60 sentimeter—terus bertambah. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) menyumbangkan teleskop Schmidt pada awal 1960-an, yang banyak digunakan mengamati galaksi Bima Sakti.

Tahun 1989 ada tambahan teleskop Goto dari Pemerintah Jepang. Tahun 2004, teleskop GAO-ITB diresmikan penggunaannya, dan teleskop Surya tahun 2009.

Kepala Observatorium Bosscha Dr Mahasena Putra mengungkapkan, semula Observatorium Bosscha termasuk salah satu dari beberapa observatorium di belahan bumi selatan yang diperhitungkan. Namun, saat ini, Observatorium Bosscha dengan teleskop dan instrumen kecil mulai ketinggalan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com