Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Cumi-cumi Raksasa di Dunia Cuma Satu Jenis

Kompas.com - 21/03/2013, 16:14 WIB
Fifi Dwi Pratiwi

Penulis

COPENHAGEN, KOMPAS.com — Dunia bawah laut menyimpan banyak misteri. Salah satu misteri yang belum banyak terungkap ialah cumi-cumi raksasa. Sejak pertama kali dideskripsikan ke publik oleh biolog Denmark, Japetus Steenstrup, tahun 1857, misteri tentang moluska ini belum banyak terungkap.

Tepat pada peringatan 200 tahun Japetus Steentrup yang jatuh tahun ini, sekelompok peneliti internasional berhasil mengungkap satu rahasia spesies tersebut.

Analisis genetik pada 43 sampel dari perut paus sperma dan hasil tangkapan secara tak sengaja mengungkap bahwa cumi-cumi raksasa di dunia ternyata satu spesies. Cumi-cumi ini minim variasi genetik dan tak ada struktur populasi.

Temuan tersebut menarik mengingat lokasi sebaran cumi-cumi raksasa sangat luas dan secara morfologi beragam.

Lokasi penemuan sampel cumi-cumi raksasa ini tersebar hampir di seluruh belahan dunia, kecuali di perairan Artik dan Antartika. Awalnya, berdasarkan morfologinya, peneliti menduga cumi-cumi yang mampu mencapai panjang 18 meter ini terdiri atas 8 spesies yang berbeda.

"Secara umum, cumi-cumi raksasa kurus dan memanjang. Fauna ini kurus dan memanjang dengan tangan kurus dan memanjang juga," ujar M Thomas P Gilbert dari Natural History Museum di Denmark.

"Akan tetapi, cumi-cumi yang ditemukan di pesisir pantai Jepang bentuknya lebih pendek dan gemuk. Tangan-tangan mereka pun lebih gemuk dan lebih pendek," katanya seperti dikutip BBC, Rabu (20/3/2013).

Menurut peneliti, variasi genetik rendah menunjukkan bahwa walaupun punya morfologi beragam, cumi-cumi raksasa identik.

Gilbert memandang temuan ini "sangat aneh". Namun, ia menduga bahwa proses migrasi adalah jawaban mengapa spesimen yang ditemukan di Jepang dan Florida, Amerika Serikat, ternyata sama secara genetis.

"Perbedaan secara lokal adalah hal yang wajar dalam dunia hewan. Hewan yang hidup di satu daerah pada akhirnya akan berbeda dengan hewan yang sama yang hidup di daerah lain," kata Gilbert.

"Kami menduga bahwa hewan ini dalam fase larva melayang secara luas kemudian menyelam menuju kegelapan yang paling dekat dengan mereka, lalu tumbuh menjadi besar pada kedalaman tertentu sehingga menghentikan pembentukan struktur populasi yang mungkin muncul," Gilbert menjelaskan.

"Alih-alih hewan dewasa dan keturunannya hidup pada lokasi yang sama, anak-anak hewan ini menyebar ke habitat yang benar-benar baru di seluruh dunia setiap waktu," terangnya.

Melihat dari ukuran yang begitu besar dan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap kondisi lingkungan, peneliti yakin bahwa cumi-cumi raksasa memiliki ukuran populasi yang besar.

Teori lain yang berkembang untuk menjelaskan besarnya jumlah hewan yang sangat identik secara genetis adalah adanya kemungkinan pertumbuhan yang sangat cepat dan ledakan populasi yang terjadi saat ini.

Menurut Gilbert, ekspansi yang terjadi mungkin disebabkan oleh penurunan jumlah pemangsa hewan ini atau peningkatan jumlah mangsa yang menjadi santapan cumi-cumi raksasa.

Peneliti biologi evolusioner lainnya memandang temuan yang diungkap oleh Gilbert dan timnya berhasil menjawab salah satu pertanyaan tentang hewan misterius ini. Namun, masih banyak pertanyaan lain yang belum terjawab.

Dalam penelitiannya, Gilbert berkerja sama dengan peneliti lain dari University of Copenhagen, dan peneliti lainnya dari Australia, Jepang, Perancis, Irlandia, dan Portugal. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com