Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Butuh Model Prediksi Hujan Terpadu

Kompas.com - 01/03/2013, 10:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pola curah hujan spesifik dan berintensitas tinggi seperti di Indonesia membutuhkan pengembangan model prediksi curah hujan terintegrasi. Itu untuk meningkatkan akurasi perkiraan curah hujan lebat yang berpotensi banjir.

Kepemilikan model itu dinilai penting. ”Hingga kini, Indonesia belum punya, terutama skala perkotaan,” kata Fadli Syamsudin, Manajer Proyek Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (Satreps) Maritime Continent Center of Excellence dalam ”Workshop on MCCOE Radar Meteorology in Indonesia” di Jakarta, Kamis (28/2/2013).

Pemodelan itu mengacu kondisi interaksi dinamis laut dan atmosfer di Indonesia, yang sebagian besar wilayahnya lautan.

Menurut Fadli, pemodelan curah hujan sangat diperlukan, terutama di perkotaan terkait penataan ruang dan mitigasi banjir. Banjir mengancam banyak kota besar di Indonesia yang umumnya di wilayah pantai.

Topografi pegunungan di tengah pulau membuat daerah pantai banyak diguyur hujan lebat. Angin bergerak dari laut ke darat pada pagi hari.

Model cuaca tropis

Memahami pola cuaca dan hidrometeorologi itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi bekerja sama dengan Japan Agency for Marine-earth Science and Technology (Jamstec) membuat model ramalan cuaca kawasan khatulistiwa. Pengembangannya berbasis data pengamatan stasiun radar cuaca dalam jejaring Harimau (Hydrometeorological Array for Intraseasonal Variation Monsoon Automonitoring).

Jejaring itu terdiri atas lima stasiun radar terpasang di beberapa lokasi di sekitar garis khatulistiwa. ”Model prakiraan cuaca di Indonesia selama ini mengacu pola cuaca subtropis yang tak dinamis seperti di sini,” urai Fadli.

Kini, BPPT akan memodifikasi pemodelan yang dikembangkan Jepang untuk memprediksi curah hujan lebat di perkotaan.

Menurut Takeshi Maesaka, peneliti pada Departemen Riset Prakiraan dan Pemantauan di National Research Institute for Earth Science and Disaster Prevention (NIED), pihaknya telah mengembangkan pemodelan curah hujan atau Estimasi Presipitasi Kuantitatif (QPE) di Jepang menggunakan radar X-band multi-parameter (MP).

Jejaring itu diklaim mampu memprediksi curah hujan secara akurat, tanpa perlu kalibrasi penakar hujan. Alat ini dapat membuat Estimasi Presipitasi Kuantitatif dengan resolusi waktu 1 menit. (YUN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com