Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daud Badu, Dari Pemburu Jadi Pelestari Maleo

Kompas.com - 25/02/2013, 09:10 WIB

Oleh ARIS PRASETYO

KOMPAS.com - Sebelum Januari 2012, Daud Badu (44) dikenal sebagai pemburu telur dan burung maleo (Macrocephalon maleo) di Cagar Alam Panua, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Dengan kelebihan langka yang dimilikinya, warga Desa Maleo, Kecamatan Paguat, itu belakangan ini justru menjadi pelindung dan pelestari maleo.

Daud punya kelebihan yang jarang dimiliki orang lain. Dia bisa menebak sarang maleo yang berisi telur. Mungkin hanya sedikit orang yang punya keahlian seperti itu. Pasalnya, burung endemik Sulawesi yang bertelur di tanah itu tak hanya membuat satu lubang galian untuk meletakkan telurnya, tetapi ada dua sampai tiga sarang palsu untuk mengelabui pemangsa. Di Cagar Alam Panua, maleo memilih bertelur di pantai pasir putih Teluk Tomini.

Hari Minggu (17/2/2013), Daud berjalan menyusuri lokasi peneluran maleo di pantai Teluk Tomini yang termasuk kawasan Cagar Alam Panua. Berjalan di sela-sela puluhan sarang maleo di pantai itu, ia berhenti pada salah satu sarang. Tangannya menggali pasir sampai kedalaman 50-60 sentimeter. Beberapa saat kemudian, tangan kanannya menggenggam sebutir telur maleo berusia sekitar empat hari.

Tak hanya jago menentukan sarang maleo yang berisi telur, Daud juga paham membaca jejak di atas pasir. Ia bisa tahu apakah itu jejak maleo, burung gosong, babi hutan, anjing, atau satwa pemangsa lain. Bahkan ia juga bisa memprediksi berapa usia jejak itu. Selain maleo, burung gosong (Eulipoa wallacei) juga bertelur di lokasi yang sama.

”Jejak kaki burung gosong dan maleo itu mirip, tetapi bisa dibedakan. Saya mempelajari semua ini dari ayah saya, sejak masih kecil,” kata Daud.

Jejak sang ayah

Daud diperkenalkan dengan satwa di sekitar kawasan yang kini menjadi Cagar Alam Panua oleh sang ayah, Gordon Badu (meninggal pada 2004) yang dikenal sebagai pemburu telur dan burung maleo ulung. Pada 1980-an jumlah maleo terbilang banyak, telur maleo pun melimpah.

Gordon Badu mencari telur maleo untuk dijual dan dikonsumsi sendiri. Pada saat itu, harga sebutir telur maleo sekitar Rp 2.500. Permintaan telur maleo terbilang tinggi karena masyarakat menganggapnya bisa menyembuhkan penyakit. Sesekali sang ayah juga menangkap maleo untuk dijadikan lauk.

Nyaris setiap hari mengikuti ayahnya berburu maleo, membuat Daud kecil secara langsung menyerap ”ilmu” sang ayah. Bahkan, hingga kini Daud masih kerap dihubungi orang yang berniat membeli telur maleo. Kini, harga sebutir telur maleo mencapai Rp 250.000.

”Sejak saya diperbantukan di Cagar Alam Panua oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Gorontalo, saya tidak lagi berburu dan menjual telur maleo kepada siapa pun,” katanya.

Daud tidak tergoda iming-iming harga telur maleo yang tinggi. Bahkan, saat istrinya hamil anak ketiga dan mengidam telur maleo, Daud tak mengabulkannya. Permintaan sang istri tak mampu meruntuhkan tekad Daud untuk menjaga kelestarian burung langka asli Sulawesi ini.

”Saya katakan kepada istri, jika telur maleo saya berikan, apa dia rela kalau saya dipecat kantor BKSDA yang sudah mempekerjakan saya? Istri bisa memahami sikap saya,” cerita Daud.

Direkrut

Cerita tentang direkrutnya Daud untuk membantu pelestarian maleo di Cagar Alam Panua, disampaikan Kepala Resor Panua Tatang Abdullah. Kata dia, dengan luas kawasan cagar alam sekitar 36.000 hektar, pihaknya kewalahan mengawasi area tersebut. Apalagi jumlah petugas pun tidak memadai.

”Hanya saya seorang yang bertugas di Panua. Tentu saja saya kewalahan. Kantor lalu mengizinkan untuk merekrut empat orang dari warga sekitar cagar alam. Tugas mereka adalah membantu pengawasan dan pelestarian di Cagar Alam Panua,” ucap Tatang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com