Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inseminasi Buatan bagi Anoa Manado

Kompas.com - 13/02/2013, 19:27 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Teknologi inseminasi buatan akan diterapkan sebagai upaya perbanyakan populasi anoa, fauna endemis Sulawesi yang terancam punah. Upaya serupa pernah dilakukan pada tahun 2009-2010 di Taman Safari Indonesia Cisarua dan Kebun Binatang Ragunan.

Kali ini inseminasi buatan akan dilakukan pada tiga anoa betina di Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado, Sulawesi Utara. Ketiga anoa itu sebelumnya dipelihara pejabat setempat dan diserahkan kepada BPK Manado tahun 2011.

Pengembangbiakan secara alami, kata Kepala BPK Manado Mahfudz Mochtar, Selasa (12/2/2013), di Manado, terkendala ketiadaan anoa jantan. ”Tahun ini, inseminasi buatan akan dilakukan. Sumber sel sperma diambil dari Taman Safari Indonesia di Cisarua, Bogor,” ujarnya.

Mahfudz merinci, anoa di BPK Manado seekor berjenis anoa dataran rendah (Anoa depressicornis) dan dua ekor anoa dataran tinggi (Anoa quarlesi). Usia anoa-anoa itu 3-4 tahun. Anoa dataran rendah lebih terancam punah dibandingkan dengan yang di dataran tinggi karena berdekatan dengan permukiman penduduk.

Menurut Direktur Biotrop Bambang Purwantara, ketiga anoa berjenis anoa dataran tinggi. Ini karena bentuk tanduk yang membulat.

Terkait inseminasi buatan, Bambang mengatakan, reproduksi buatan itu merupakan alternatif pilihan jika tidak tersedia pejantan. ”Mungkin bisa dilakukan tahun ini. Tapi kabarnya, akan ada anoa pejantan yang diserahkan ke BPK Manado sehingga kawin alami bisa terjadi,” katanya.

Pihaknya sudah mulai mengamati siklus reproduksi anoa yang setiap ekor menempati kandang seluas 30 meter persegi di BPK Manado. Menurut Bambang, meski inseminasi buatan mudah dilakukan pada sapi atau kerbau, tidak mudah pada anoa.

Penyebabnya, inseminasi tidak bisa dilakukan menggunakan tangan secara langsung. Inseminasi dibantu semacam alat suntik.

”Sifat liar anoa bisa menyulitkan. Nanti dibius dulu untuk mempermudah inseminasi,” kata Bambang Purwantara yang melakukan penelitian anoa di Sulawesi Tengah pada tahun 2003.

Di Pulau Sulawesi, berdasarkan data resmi Kementerian Kehutanan, masih tersisa sekitar 5.000 ekor anoa di alam liar. Anoa disebut pula kerbau kerdil yang umumnya hidup soliter meski ditemui pula anoa yang hidup berkelompok 3-5 ekor.

Populasi anoa diperkirakan kian menurun seiring desakan manusia atas kawasan hutan. Perburuan anoa untuk diambil daging dan tengkorak tanduknya juga menjadi pemicu fauna ini masuk dalam kategori terancam punah. (ICH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com