Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rosa, Buah Cinta Terlarang Gajah Liar

Kompas.com - 13/02/2013, 16:02 WIB

KOMPAS.com - Dia tak pernah berhenti bergerak. Berjalannya sempoyongan seperti bocah baru belajar berjalan, namun dipenuhi rasa penasaran. Terkadang dia menubrukkan tubuhnya dan terus merangsek seperti sengaja pamer kekuatan.

Sekalipun usianya belum genap enam bulan, bobot tubuhnya sudah dua ton. Tenaganya luar biasa. Belum lagi kaki-kakinya yang besar dengan nakal menyepak dan sengaja seperti hendak menginjak-injak. Belalainya yang mungil pun tak berhenti mengendus.

Dialah Ije Ayu Rosalona, bayi gajah betina yang lahir di Conservation Response Unit (CRU) Flora Fauna International, Kampung Ie Jeureungeh, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh. Rosalona yang kerap dipanggil Rosa lahir dari perkawinan gajah betina jinak bernama Suci (31) dengan gajah jantan liar yang terasing dari kelompoknya.

Rosa adalah sosok istimewa dalam upaya konservasi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Di tengah kabar tentang konflik antara gajah dan manusia, induk gajah yang diracun, bayi gajah yang tewas, kelahiran Rosa adalah setitik harapan.

”Belum pernah ada bayi gajah lahir di penangkaran dari induk gajah jinak yang dibuahi gajah liar,” kata Ono Yuniardo (30), pawang gajah di CRU Ie Jeureungeh.

Pejantan liar

Riwayat kelahiran Rosa memang unik. Induknya, Suci, adalah gajah patroli yang didatangkan dari Pusat Pelatihan Gajah di Saree, Aceh Besar. Suci telah menghuni pusat pelatihan gajah ini lebih dari separuh usia hidupnya. Dia ditangkap di kawasan Ulee Glee, Kabupaten Pidie, tahun 1993 pada usia 12 tahun karena kerap masuk permukiman warga.

Suci kemudian dilatih sebagai gajah patroli untuk mengusir gerombolan gajah liar yang kerap mengunjungi perkampungan dan perkebunan di Aceh. Pada awal 2009, Suci dipindahkan ke Sampoiniet untuk mengatasi serbuan gajah liar di kawasan Aceh barat. Dia bergabung dengan empat gajah dewasa lain.

”Kami biasa menggunakan Suci untuk menggiring gajah-gajah liar yang menyerbu permukiman dan merusak perkebunan warga di sekitar Sampoiniet,” kata Rizal (25), polisi hutan di CRU Ie Jeureungeh.

Salah satu gajah yang kerap mengganggu warga Sampoiniet adalah seekor gajah pejantan soliter. Pejantan yang kalah bersaing dengan pejantan lain dan terusir dari kawanannya ini biasa bergerak sendiri. Dia kerap nekat, menyerbu rumah warga dan perkebunan, yang dulu merupakan wilayah kekuasaannya. ”Gajah soliter lebih sulit diusir, termasuk gajah jantan,” kata Badrul (30), polisi hutan di CRU Ie Jeureungeh.

Namun, pada 3 Desember 2010, pejantan yang kesepian ini tiba-tiba menyambangi kamp CRU Ie Jeureungeh, markas Suci dan kawan-kawan. Pejantan liar yang kesepian ini rupanya jatuh cinta pada Suci. Cinta pun berbalas. Pada malam-malam berikutnya, sang pejantan liar ini pun kembali datang.

Bahkan, pada suatu malam, pejantan ini memutus rantai besi yang mengikat Suci lalu membawanya kabur ke hutan. Esok harinya, polisi hutan dan pawang mengejar ke hutan. Suci dibujuk dan digiring pulang ke kandang dalam keadaan bunting, sementara sang pejantan kabur ke hutan.

Sekitar 21 bulan kemudian, pada 18 September 2012 malam, lahir bayi gajah betina Rosa. Saat lahir, berat tubuh Rosa 82,6 kilogram, tinggi 81 cm dan panjang badan 86 cm. Enam bulan kemudian, berat dan ukuran tubuh Rosa sudah dua kali lipat.

Rosa tumbuh cepat di tengah ancaman kepunahan spesiesnya. Menurut catatan Badrul, sepanjang 2012, telah ditemukan empat gajah liar tewas di sekitar pantai barat Aceh. ”Kebanyakan mati diracun,” kata Badrul. ”Bahkan, di Krueng Sabe, kami menemukan seekor gajah yang kepalanya tidak utuh, mungkin habis diambil gadingnya.”

Konflik

Konflik gajah dan manusia di hutan Aceh Jaya terjadi hampir setiap hari, dipicu tergerusnya hutan untuk perkebunan dan pertanian. Konflik semakin parah seusai tsunami.

Bencana tsunami dan perdamaian yang menjelang telah memicu gelombang petaka kedua berupa penebangan hutan yang masif di Aceh Jaya, khususnya di kawasan lindung Ulu Masen. Kayu-kayu itu antara lain untuk material pembangunan konstruksi pada masa rekonstruksi, selain pembukaan lahan untuk permukiman baru dan pertanian. Masalahnya, lahan-lahan yang dibuka itu sebagian merupakan lintasan gajah.

Hutan Ulu Masen di Aceh Jaya merupakan salah satu habitat gajah terbesar di Aceh dengan populasi sekitar 300 ekor gajah sumatera. Gajah biasanya tinggal di kawasan hutan datar sehingga berebut lahan dengan manusia.

Dalam kondisi seperti ini, Rosalona sepertinya tidak bakal bisa bersua dengan ayahnya, pejantan liar yang terus diburu. (Ahmad Arif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com