Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembantaian Burung Enggang Jadi Keprihatinan

Kompas.com - 30/01/2013, 03:33 WIB

SUNGAI RAYA, KOMPAS - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan meminta dukungan banyak pihak untuk mencegah berulangnya pembantaian burung enggang, burung endemik Kalimantan Barat. Paruh burung itu diselundupkan ke luar negeri.

”Kenapa di luar negeri paruh burung enggang itu laku sekali sehingga memicu perburuan di Indonesia? Ini tak bisa dibiarkan dan harus ada keterlibatan berbagai pihak,” kata Zulkifli, seusai peresmian program Muhammadiyah Kalimantan Barat Menanam Pohon, di Kabupaten Kubu Raya, Selasa (29/1).

Sepanjang 2012, pembantaian burung enggang marak di Kalbar. Sebagian habitat enggang ada di luar kawasan lindung sehingga pengawasan lemah.

Keterlibatan sejumlah pihak di luar Kementerian Kehutanan, lanjut Zulkifli, penting agar persoalan itu bisa diselesaikan lintas sektor. ”Dukungan banyak pihak sangat penting karena kami tak bisa sendirian,” ujarnya.

Anggota Kalimantan Birding Club, Firdaus, menjelaskan, perburuan burung enggang terakhir kali diketahui akhir 2012. Ketika itu, tim Ekspedisi Uud Danum menemukan perburuan 14 enggang di Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang.

Menurut dia, paruh dan batok kepala burung enggang bernilai Rp 4 juta per buah di luar negeri. ”Tiga tahun lalu harganya Rp 800.000 per buah. Semakin sulit diperoleh, harganya makin mahal. Kami khawatir, tanpa upaya serius pemerintah, burung enggang simbol Kalbar suatu saat tinggal nama,” kata Firdaus.

Orangutan di Yogyakarta

Sementara itu, Selasa sore, lembaga konservasi Wildlife Rescue Centre Jogja Kulon Progo menerima kiriman seekor orangutan kalimantan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam DI Yogyakarta. Orang utan jantan 14 tahun itu disita dari sebuah perusahaan di Salatiga.

Menurut Kepala BKSDA DIY Aminurwati, orangutan jantan itu dipelihara sejak kecil. Sesuai kaidah konservasi, hewan dilindungi itu harus dipelihara lembaga konservasi berizin Kementerian Kehutanan. (AHA/ABK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com