Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Berselimut Dingin di Kolong Jembatan...

Kompas.com - 18/01/2013, 05:58 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kabut yang muncul belum hilang seusai hujan berhenti. Dingin dari udara lembab yang menyelimuti serasa menusuk tulang. Di bawah remang kolong jembatan layang Kalibata, David (34) sekeluarga berlindung dari musibah banjir yang menerjang rumahnya di RT 02 RW 07 Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Bersama istri, mertua, saudara, dan ketiga anaknya, David memilih mengungsi di bawah kolong jembatan layang Kalibata. Mau tak mau hal itu dilakukan karena posko pengungsian terdekat yang berada di RT 05 sudah penuh dengan warga yang juga mengungsi. "Biar deket sama rumah. Mau di posko juga sudah penuh. Lumayan jauh juga," kata David saat ditemui di kolong jembatan layang Kalibata, Kamis (17/1/2013) kemarin.

Tiga malam sudah dilewati David beserta keluarga bermalam di bawah kolong jembatan. Sejak ketinggian air Sungai Ciliwung naik pada Selasa malam lalu, mereka terpaksa mengungsi dari bahaya banjir. Pengalaman mengungsi bukan kali pertama dirasakan pria yang sudah tinggal 10 tahun di Rawajati itu.

Belum lepas dari ingatannya, yaitu ketika harus mengungsi akibat kejadian serupa pada 2007 silam. "Udah dua kali kayak gini, tahun ini sama tahun 2007. Dulu saya ngungsi ke atas, di ruko di atas sana. Ini kali pertama di kolong sini," ujar David.

Berbeda dengan mereka yang jauh dari musibah banjir, buah hatinya yang masih kecil, Zildan (1,6), Rafi (2,6) dan Andika (6), tidur di ruang terbuka dan jauh dari nyaman. Pria kelahiran 1979 itu mengkhawatirkan kondisi kesehatan anaknya. Pasalnya, dalam musibah banjir dari pengalamannya,mereka bisa berhari-hari tinggal di pengungsian.

Meski bantuan makanan, seperti nasi dan lauk pauk, lebih dari cukup, David mengaku masih membutuhkan bantuan, seperti susu, biskuit balita, dan selimut untuk beristirahat. Selama ini, bantuan makanan yang diberikan hanya makanan hanya bagi orang dewasa. "Saya kasihan sama anak kecil saja. Kalau kami sudah biasa," ujar David.

Ia tidak tahu sampai kapan harus bertahan dengan mengungsi di bawah kolong jembatan layang Kalibata. Harapannya, musibah banjir itu segera berakhir. Namun, berdasarkan perkiraannya, hal itu baru akan berakhir dalam waktu beberapa hari ke depan. "Kalau kayak gini seminggu paling cepet, ya. Mesti bersih-bersih rumah, biasa kalau habis banjir itu banyak lumpurnya," kata David.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com