Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Prakiraan dan Peringatan Banjir Akurat Dipersiapkan

Kompas.com - 15/01/2013, 15:42 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengembangan sistem prakiraan dan peringatan dini banjir yang lebih akurat dipersiapkan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memulai dengan mengadakan pelatihan pembuatan pemodelan dampak banjir secara mandiri.

Pelatihan digelar mulai Selasa (15/1/2013) dengan melibatkan pemangku kepentingan di setiap daerah dan diselenggarakan atas kerja sama International Hydrological Programme UNESCO, Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE), dan International Centre for Water Hazard Risk Management (ICHARM).

Dalam pelatihan, peserta belajar cara penggunaan Integrated Flood Analysis System (IFAS) yang dikembangkan ICHARM. Aplikasi yang bisa diperoleh secara gratis tersebut memungkinkan setiap pengguna memasukkan data faktor-faktor pemicu banjir dan mengetahui dampaknya.

"IFAS akan membantu mereka memiliki tools untuk memperkirakan banjir. Harapannya ini bisa dipraktikkan di daerah dan diterapkan pada sungai di setiap daerah," kata Ignatius Dwi Atmana Sutapa, Sekretaris Eksekutif APCE, di sela-sela acara pelatihan di Jakarta.

Hubert Gijzen dari UNESCO mengungkapkan, banjir adalah bencana yang paling sering terjadi saat ini dan salah satu bencana yang menyebabkan kerugian terbesar. Banjir Pakistan pada tahun 2010, misalnya, menyebabkan kerugian hingga 10 miliar dollar AS.

"Untuk meminimalkan dampak akibat banjir, sangat penting untuk memiliki pengetahuan tentang penyebab banjir, perkiraan volume banjir, pemompaan banjir, konsekuensi banjir, pola curah hujan, dan sebagainya," kata Gijzen.

IFAS menjadi perangkat yang membantu memodelkan kejadian banjir dengan lebih mudah dan murah. Penggunaannya membantu membangun pengetahuan tentang banjir di setiap daerah di Indonesia.

Ignatius mengatakan, IFAS mampu memodelkan banjir dan dampaknya berdasarkan 23 parameter. Beberapa parameter di antaranya curah hujan, penggunaan lahan, kepadatan di sekitar sungai, dan lainnya.

"Nantinya yang mau dihitung adalah water discharge di sungainya itu. Dengan water discharge tertentu, kita bisa prediksi dampak banjirnya, lalu dengan membandingkan sejarah banjir sebelumnya, kita bisa estimasi luas wilayah yang terdampak banjir," ujarnya.

Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Iskandar Zulkarnaen mengatakan, langkah pemodelan ini sejalan dengan pentingnya pengembangan sistem peringatan dini banjir yang lebih akurat untuk meminimalkan dampak bencana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com