Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Primata Beracun Baru Ditemukan di Kalimantan

Kompas.com - 16/12/2012, 14:31 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Penelitian yang dilakukan Anna Nekaris dari Oxford Brooks University di Inggris dan Rachel Munds dari University of Missouri di Amerika Serikat berhasil mengungkap spesies baru kukang yang hidup di Kalimantan.

Untuk menemukannya, kedua peneliti mengobservasi pola wajah kukang yang hidup di wilayah Kalimantan dan Filipina. Kukang yang diteliti adalah jenis N. menagensis.

Hasil penelitian mengungkap bahwa Nycticebus menagensis adalah spesies kompleks. Ada dua anggota subspesies N. menagensis yang ternyata merupakan spesies baru, yaitu N. bancanus and N. borneanus.

Sementara, spesies baru yang ditemukan adalah N. kayan. Dengan penemuan ini, Kalimantan dan Filipina yang semula diduga hanya punya 1 spesies ternyata punya 4 spesies.

"Di Borneo secara khusus, dimana tiga spesies baru kukang ditemukan, akan ada penambahan tiga spesies kukang juga yang ditambahkan dalam daftar hewan terancam di daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature)," kata Nekaris.

"Dengan lebih dari 40 persen primata dunia terancam kepunahan, temuan ini membuat tingkat ancaman kepunahan makin tinggi," tambah Nekaris seperti dikutip BBC, Kamis (13/12/2012).

Kukang merupakan primata yang secara kekerabatan lebih dekat dengan lemur daripada primata besar seperti monyet dan simpanse. Kukang merupakan satu-satunya primata yang menghasilkan racun.

Spesies kukang memproduksi racun di kelenjar yang terletak di bagian siku. Kukang akan menjilat racun itu dan mencampurnya dengan ludahnya.

Sewaktu-waktu terancam, kukang akan menggigit dan menyebarkan racun ke tubuh lawan. Kukang juga bisa melumuri bulu anakannya dengan racun untuk tujuan perlindungan.

Kukang kuat sekaligus lemah. Racun yang dihasilkannya bisa membuat manusia mengalami reaksi alergi serius dan dalam kondisi tertentu bisa berakibat kematian. Namun demikian, wajah lucu juga membuat kukang rentang terhadap perdagangan satwa liar.

Dalam praktik perdagangan, biasanya gigi taring dan seri kukang dicabut. Hal ini memicu kematian cepat pada spesies itu. Tak adanya gigi membuat kukang sulit makan.

Temuan spesies baru kukang ini membantu langkah konservasinya. Populasi kukang di Kalimantan dan wilayah lain kini belum benar-benar bisa dihitung.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com