Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinosaurus Punah Karena Gunung Api

Kompas.com - 10/12/2012, 01:39 WIB
M Zaid Wahyudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama ini, punahnya dinosaurus diyakini akibat meteoroid yang menghantam Bumi 65 juta tahun lalu. Meteoroid dari sebuah asteroid itu menumbuk Bumi di daerah Chicxulub, Meksiko.

Tumbukan meteoroid dan Bumi itu melepaskan sejumlah materi beracun ke atmosfer. Keberadaan materi ini di atmosfer menghalangi pancaran sinar Matahari ke Bumi hingga suhu udara global anjlok.

Sebagian materi beracun di atmosfer pun jatuh ke laut dan membuat laut ikut beracun.

Namun, studi terbaru yang dilakukan geolog Universitas Princeton, Amerika Serikat, Gerta Keller, dan timnya menunjukkan musnahnya dinosaurus akibat keberadaan gunung api di wilayah India, dekat Mumbai, saat ini.

Di daerah vulkanik yang disebut Deccan Traps, dekat gunung api tersebut, terjadi aliran lava sekitar ribuan tahun lalu.

Aliran lava ini memuntahkan belerang dan karbon dioksida beracun ke atmosfer yang memicu terjadinya pemanasan global dan pengasaman laut hingga menyebabkan kematian massal dinosaurus.

Hasil penelitian itu, seperti dikutip dari Livescience, Jumat (7/12/2012), dipaparkan dalam pertemuan tahunan Persatuan Geofisika Amerika (American Geophysical Union), Rabu (5/12/2012).

Hasil itu didasarkan atas penelitian Keller dan timnya terhadap sedimen yang berisi lava dan terkubur 3,3 kilometer di bawah muka laut di lepas pantai timur India. Ternyata, sedimen ini mengandung fosil melimpah dari periode geologi Cretaceous-Tersier, era ketika dinosaurus menghilang.

Peneliti lain, Adatte Thierry dari Universitas Lausanne, Perancis, menambahkan dalam evolusinya, lapisan sedimen Deccan Traps yang berukuran seluas negara Perancis itu telah bergeser sejauh 1.603 kilometer hingga di dekat Benua Eropa pada zaman akhir Cretaceous.

Sedimen itu mengandung fosil plankton berukuran kecil, jumlahnya sedikit dan kulit luarnya kurang terawat. Ini menandakan plankton tersebut hidup beberapa tahun setelah erupsi terjadi.

Sebagian besar spesies plankton ini akhirnya mati. Namun, setelah itu, muncul plankton berukuran kecil dengan lapisan kulit luar yang sulit didefinisikan, disebut Guembilitria.

Jika plankton jenis ini muncul dan menguasai 80-98 persen populasi, spesies plankton lainnya tidak akan tampak.

"Kami menyebut Guembilitria ini sebagai oportunis bencana. Ia seperti kecoa, ketika yang lain memburuk, ia tetap bertahan," kata Keller.

Guembilitria mendominasi saat kandungan belerang di alam meningkat akibat terjadinya hujan asam. Di laut, belerang berikatan dengan kalsium sehingga kalsium untuk pembentukan kulit luar (cangkang) dan tulang hewan berkurang.

Keberadaan fosil ini juga didukung dengan bukti fosil hewan dan tanaman di India pada waktu yang sama yang menunjukkan mereka juga punah akibat letusan gunung api.

Tim juga meneliti kandungan mineral di Chicxulub, tempat jatuhnya meteoroid. Hasilnya, sedimen di wilayah itu banyak mengandung iradium sebagai bukti keberadaan meteoroid. Namun, tumbukan ini terjadi setelah era punahnya dinosaurus.

"Meteoroid terlalu kecil untuk memicu kepunahan dinosaurus," ujanya. Meteoroid tidak akan menghasilkan belerang dan karbon dioksida beracun dalam jumlah besar di lapisan batuan. Artinya, meteoroid bisa memperparah kepunahan, tetapi bukan penyebab utama kepunahan dinosaurus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com