Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS-Eropa Tolak Beri Dana Perubahan Iklim

Kompas.com - 07/12/2012, 11:30 WIB

DOHA, KOMPAS.com - Konferensi Perubahan Iklim PBB Kerangka Kerja PBB pada Konvensi Perubahan Iklim di Doha, Qatar, menyisakan waktu kurang dari sehari. Namun, hingga Kamis (6/12/2012), tak ada komitmen pendanaan untuk perubahan iklim.

Rabu lalu ditunjuk menteri dari Maladewa dan Swiss—mewakili negara berkembang dan maju—untuk menyelesaikan perbedaan antardua kelompok itu. Perundingan yang masih buntu mencakup komitmen dana perubahan iklim dan kelanjutan Protokol Kyoto yang tahap pertama berakhir 31 Desember 2012.

Konferensi di Durban pada COP-17 disepakati adanya rezim baru pengganti Protokol Kyoto yang akan mulai berlaku 2020 dan rancangannya selesai 2015.

Hingga kemarin, AS dan Uni Eropa menolak memberi dana segar perubahan iklim 2013- 2020. Negara-negara berkembang mengatakan butuh dana tambahan minimal 60 miliar dollar AS dari sekarang hingga 2015 untuk menghadapi bencana akibat perubahan iklim, seperti kekeringan, banjir, ombak besar, dan badai.

Wakil dari Uni Eropa, Pete Betts, mengatakan, ”Saat ini keuangan di Eropa berat. Dan, kami seperti negara maju lainnya tidak pada posisi sepakat pada target apa pun pada 2015.”

Jonathan Pershing dari AS menuturkan, ”Kami melakukan apa yang sudah kami sepakati dan sesuai komitmen yang sudah kami berikan.” Pihak AS selama ini mendukung pendanaan sebelum 2020, yang disebut fast-track fund.

Selasa lalu, Sekjen PBB Ban Ki-moon mendesak para perunding menyisihkan perbedaan di antara mereka dalam menghadapi ”krisis” pemanasan global yang amat berat.

Rabu (5/12/2012) malam, Ketua Satgas REDD+ Kuntoro Mangkusubroto memberi laporan kemajuan program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi lahan (REDD+) di Indonesia. ”Untuk pertama kali dalam sejarah, pemerintah membuka kepada publik peta digital sehingga bisa diperiksa siapa pun di seluruh dunia,” ujarnya.

Menurut dia, REDD+ tak hanya soal karbon dan hutan. ”Soal kesejahteraan manusia, keadilan, dan penghapusan kemiskinan.”

(AFP/AP/REUTER/ISW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com