Lamongan, Kompas
Menurut arkeolog dari BP3 Trowulan, Mojokerto, Wicaksono Dwi Nugroho, awal pekan lalu, dipastikan struktur bangunan yang diekskavasi merupakan candi bercorak Hindu yang diperkirakan peninggalan abad ke-11 hingga abad ke-16 Masehi sebelum berdirinya Majapahit.
Wicaksono memaparkan, struktur bangunan membentuk segi empat sama sisi. Bagian tengah membentuk lubang segi empat untuk bilik sumuran. Selain itu ditemukan pula dua yoni.
Tim juga menggali sekitar yoni dan sekitar struktur candi. Luas tampak sementara bila ditarik ke empat mata angin secara simetris sekitar 10 meter x 10 meter.
Candi itu diduga untuk pemujaan. Pintu masuknya di bagian timur. Bukti penguatnya ada dua pilar di kiri kanan. Belum ditemukan indikasi tangga. Ada dua yoni yang terbuat dari batu kumbung. Penempatan yoni baru tidak di sumuran diduga karena bangunan utama tertimbun lumpur banjir luapan Bengawan Solo. Bangunan candi terbuat dari paduan batu kali, bata merah, dan bata kumbung.
Supriyo dari Lembaga Studi dan Advokasi Pembaruan Sosial dan Koordinator Cakra Budaya Lamongan menyatakan, hingga saat ini di Lamongan tercatat ada 44 prasasti dan lima candi ditemukan. Candi yang ditemukan ialah di Bowocangkring Kecamatan Bluluk (Sambeng), Siser (Laren), dan Lukrejo (Sukodadi). Selain itu ditemukan petirtaan di Sukodadi dan fajra (genta) di Plosowayu.