Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merintis (Lagi) Monorel

Kompas.com - 14/11/2012, 19:41 WIB

Oleh YUNI IKAWATI

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan lalu lintas di kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta, mencuatkan beberapa alternatif moda transportasi massal untuk mengatasinya. Salah satunya monorel. Pembangunannya di Jakarta dirintis tahun 1999, tetapi terhenti pada 2009. Kini rencana itu kembali dilanjutkan.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam pertemuan dengan Gubernur Provinsi Banten Atut Chosiah, di Serang, pekan lalu, membicarakan kerja sama membangun jalur monorel dari Jakarta ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten.

Kebijakan Gubernur DKI yang baru akan memberi peluang berlanjutnya proyek pembangunan jalur monorel yang mandek tahun 2009. Terhentinya tahap konstruksi yang telah berjalan lima tahun itu meninggalkan beberapa kolom beton setengah jadi di Jalan HR Rasuna Said dan di Jalan Asia Afrika, dengan batang baja di atasnya yang mulai berkarat.

Semula proyek yang direncanakan awal 2000-an itu akan digunakan wahana monorel dan sistem transportasi akan menggunakan teknologi Jepang. Sistem itu meliputi kereta, kelistrikan, persinyalan, komunikasi, dan sistem pertiketan. Fabrikasi sistem ini belum sempat terlaksana.

Kendala pendanaan menjadi salah satu penyebab terhentinya proyek. Total proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan joint venture dari Singapura sebesar 659 juta dollar AS (sekitar Rp 6,5 triliun), termasuk pembangunan konstruksi jalan sebesar 235 juta dollar AS.

Jalur monorel di Jakarta direncanakan terdiri atas dua lintasan. Lintasan pertama sepanjang 14.275 km melewati Palmerah-Gelora Bung Karno-Casablanca-Dukuh Atas-Karet-Pejompongan.

Lintasan kedua sepanjang 9.725 km terbentang dari Kampung Melayu-Tebet-Casablanca-Karet-Tanah Abang-Cideng hingga Taman Anggrek.

Sumber daya lokal

Belakangan ini, akibat kemacetan yang kian parah di Jakarta dan sekitarnya, moda transportasi ini menjadi salah satu alternatif yang dilirik lagi. Untuk menekan biaya, diupayakan rancang bangun dengan memanfaatkan karya anak bangsa. Adapun fabrikasinya akan mengerahkan industri strategis PT Inka dan PT LEN Industri serta perusahaan swasta nasional PT Bukaka.

Konstruksi jalan dan kendaraan monorel didesain Kusnan Nuryadi (65), pakar teknik konstruksi dan mesin. Peraih penghargaan Adhicipta Rekayasa dari Persatuan Insinyur Indonesia ini mendalami desain konstruksi alat dan kendaraan berat sejak 40 tahun lalu.

Untuk mendesain moda transportasi itu, Kusnan mengkaji dan memadukan teknologi monorel dari Jepang dan Jerman, terutama bagian bogie (sistem roda peluncur).

Desain rancang bangun sistem ini dalam proses memperoleh paten, demikian pula teknik bekisting (pencetakan tiang dan jalan monorel).

Penelitian dan pembangunan prototipe monorel, baik konstruksi jalan maupun wahananya, dilakukan Kusnan bersama timnya dari PT Melu Bangun Wiweka (MBW) sejak 2010.

Prototipe gerbong monorel berkapasitas 125 orang telah selesai dibangun awal November ini dan diberi nama Urban Transit Monorel UTM-125. Peninjauan desain dilakukan Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com