Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Kaitan Badai Sandy dengan Perubahan Iklim

Kompas.com - 31/10/2012, 16:27 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Kaitan antara Badai Sandy dengan perubahan iklim memang tidak mudah disimpulkan. Namun, beberapa ilmuwan percaya bahwa perubahan iklim memengaruhi faktor-faktor yang membantu melahirkan badai, membuat Badai Sandy lebih kuat.

"Bahan-bahan badai tampaknya sedikit 'dimasak' oleh perubahan iklim, namun badai secara keseluruhan sulit dikaitkan dengan perubahan iklim," ungkap pakar iklim dari University of Victoria di Kanada, Andrew Weaver.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa badai Sandy dipengaruhi perubahan iklim. Michael Mann, pakar iklim dari Pennsylvania State University mengatakan, salah satu faktornya adalah air laut. Mann menuturkan, ketinggian muka air laut di dekat New York naik hampir 30 cm dalam 100 tahun terakhir.

Masih terkait dengan air laut, Katharine Hayhoe, pakar iklim dari Texas Technology University menuturkan bahwa temperatur Samudera Atlantik naik 2 derajat dibandingkan 100 tahun lalu. Kenaikan suhu memicu terjadinya lebih banyak badai,.

Faktor lain adalah bahwa badai Sandy bergerak ke utara dari Karibia menuju Irlandia melewati wilayah yang lebih hangat dari biasanya. Jeff Masters dari Weather Underground mengungkapkan, hal tersebut turut memperkuat badai Sandy.

Faktor perubahan iklim juga bisa dilihat pada semakin banyaknya badai yang terjadi menjelang akhir bahkan sesudah musimnya. Studi pada tahun 2008 menunjukkan bahwa musim badai Atlantik dimulai lebih awal dan berakhir lebih lama, walau tak dinyatakan secara eksplisit kaitannya dengan perubahan iklim.

Jumlah badai yang terjadi pun semakin banyak. Normalnya, di Atlantik terbentuk 11 badai. Namun, dalam dua tahun ini saja, sudah ada masing-masing 19 dan 18 badai. Hingga 2 bulan sebelum tahun 2012 berakhir, sudah ada 18 badai termasuk Sandy.

Saat hendak menerjang wilayah Amerika Serikat, badai Sandy diketahui berbelok ke kiri menuju wilayah New Jersey. Biasanya, badai bergerak terus ke utara. Berdasarkan keterangan National Hurricane Center di AS, penyebab beloknya badai adalah adanya pusat tekanan rendah di Kanada.

Jennifer Francis dari Rutgers University, pakar yang mempelajari pemanasan Arktik pada cuaca, mengatakan, pemanasan di Arktik mungkin memperbesar dan memperlama pusat tekanan rendah, walau tak yakin bahwa pemanasan itu juga berdampak pada badai Sandy.

Walau ada bukti kaitan badai Sandy dan perubahan iklim, Gerald North dari Texas A&M University mengatakan, "Kebanyakan adalah faktor alam. 80-90 persen faktor alam. Hal macam ini memang terjadi, seperti kekeringan. Ini sesuatu yang alami."

Michael Bloomberg, Walikota New York mengatakan, "Yang jelas adalah bahwa badai yang kita alami tahun lalu dan saat ini di negara ini dan seluruh dunia lebih parah dari sebelumnya. apakah ini pemanasan global atau apapun, kita harus memperhatikan isu itu."

Gubernur New York, Andrew Cuomo, menyebutkan bencana yang terjadi sebagai realitas baru. "Siapa pun yang mengatakan tak ada perubahan dramatis pada pola cuaca, saya pikir dia sedang mengingkari realitas. Saya mengatakan pada presiden, ada 100 banjir dalam 2 tahun."

Adanya banjir besar yang menghancurkan New York sebenarnya telah diramalkan. Pakar iklim Michael Oppenheimer dalam publikasinya tahun 2012 ini mengatakan bahwa banjir besar akan terjadi setiap tiga hingga 20 tahun. Perubahan iklim yang meningkatkan ketinggian muka air laut dan merubah pola badai dituding sebagai penyebabnya. New York memang rentan bencana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com