Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bitumman untuk Revegetasi Lahan Pasca Tambang

Kompas.com - 11/10/2012, 23:30 WIB
Nasrullah Nara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyosialisasikan penggunaan teknologi BiTumMan (Biji Tumbuh Mandiri) untuk kegiatan revegetasi lahan pasca tambang di Provinsi Kepulauan Riau.

Acara yang dikemas dalam bentuk kegiatan bimbingan teknis reklamasi pasca tambang itu, diselenggarakan di Hotel Comfort, Tanjungpinang - Kepulauan Riau, Kamis (11/10/2012).     Tampil sebagai narasumber, Perekayasa Utama pada Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana   BPPT, Agus Kristijono.   Dalam siaran pers AISKI yang diterima Kompas Kamis malam,  disebutkan sosialisasi  yang difasilitasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Riau itu, dihadiri para pengusaha pertambangan, Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten/Kota se Provinsi Kepulauan Riau.  

BiTumMan adalah media tumbuh biji tanaman yang menggunakan bahan baku hasil rekayasa serbuk sabut kelapa (coco peat), gambut, Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dan bakteri rizosfir. Coco peat memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Kandungan trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah dan menjaga tanah tetap gembur dan subur.

Di dalam coco peat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na) dan Pospor (P).   Berdasarkan uji tanam biji albizia dan akasia dengan menggunakan teknologi BiTumMan di lahan pasca tambang batubara di Kalimantan Timur dan lahan pasca tambang nikel di Sulawesi Tenggara, pada usia tanam 6 bulan, tingginya mencapai 1,5 meter dan pada usia tanam 18 bulan, tingginya sudah mencapai 4 meter dengan diamater batang sekitar 11 centimeter.  

"Kepulauan Riau adalah daerah pertama yang kami pilih sebagai tempat sosialisasi pasca penandatanganan nota kesepahaman antara AISKI dengan BPPT terkait pemanfaatan teknologi BiTumMan untuk kegiatan revegetasi lahan pasca tambang," ungkap Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI, Ady Indra Pawennari di Tanjungpinang, Kamis (11/10/2012).  

Menurut Ady, pemilihan Provinsi Kepulauan Riau sebagai daerah pertama tujuan sosialisasi BiTumMan tidak terlepas dari sejarah daerah ini sebagai penghasil tambang bauksit dan timah terbesar di Indonesia. Pulau Bintan yang di dalamnya terdapat Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan sejak era tahun 1930-an sudah dikenal sebagai pulau bauksit.   Bahkan kandungan bauksitnya yang disurvei pada masa penjajahan Belanda tahun 1924, menjadi rebutan bagi bangsa asing lainnya.

Tidak terkecuali pada masa penjajahan Jepang tahun 1942. Perusahan penambangan bauksit di Pulau Bintan awalnya lebih dikenal dengan perusahaan NIBEM yang berkedudukan di Kijang, ibukota Kecamatan Bintan Timur.   Selain Pulau Bintan, Kabupaten Lingga dan Karimun juga memberi andil cukup besar di sektor pertambangan. Selain menghasilkan bauksit, kedua daerah ini juga memiliki kandungan timah yang cukup besar. "Nah, ini yang menjadi pertimbangan AISKI dan BPPT memilih Kepulauan Riau. Pertimbangan lainnya, revegetasi lahan pasca tambang di daerah ini, belum maksimal," jelas Ady.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com