Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan, Alga yang Bisa Menghindari Predator

Kompas.com - 01/10/2012, 15:56 WIB
Anmaria Redi Pinta Dasyanti

Penulis

RHODE ISLAND, KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan spesies fitoplankton, alga mikroskopis, yang unik. Heterosigma akashiwo, demikian nama spesies itu, mampu bergerak menjauhi predator. Tumbuhan yang mampu menghindar dari predator tergolong langka.

 

Penemuan ini bukan hanya menarik bagi ilmuwan. Dengan mengkaji spesies ini, ilmuwan ke depan bisa memahami penyebab fenomena blooming alga atau tumbuhnya populasi alga secara berlebihan.

"Sudah sangat diketahui dengan baik bahwa fitoplankton dapat bergerak di air mendekati nutrisi dan cahaya. Yang belum diketahui adalah bahwa tanaman ini merespon predator dengan bergerak menjauhi. Kali tak mengetahui adanya tumbuhan lain yang melakukan ini," kata Susanne Menden-Deuer, peneliti dari University of Rhode Island.

 

Dalam percobaan yang dilakukan di laboratorium, Menden-Deuer dan timnya mengamati bahwa spesies ini bergerak menjauh ketika zooplankton, predatornya, mendekat. Lebih dari itu, spesies ini juga tetap menjauhi lokasi dimana predator sebelumnya ada, walaupun predator telah pergi.

 

"Fitoplankton secara jelas dapat merasakan keberadaan predator. Mereka melarikan diri bahkan ketika baru mencium aroma kimia predator, tetapi yang paling membuat mengagumkan adalah mampu merasakan adanya predator pemakan," ungkap Menden-Deuer, seperti dikutip Livescience, Jumat (28/9/2012).

Alga bergerak menjauh dari predator untuk mempertahankan hidup. Fitoplankton tak banyak memiliki tempat bersembunyi. Tanpa menghindar, mereka akan habis dimakan predator. 

Ilmuwan mengungkapkan, penelitian pada spesies Heterosigma akashiwo akan membantu memahami fenomena blooming alga.

"Pertumbuhan dan ketersediaan zat hara tidak selalu menjelaskan blooming alga. Adanya alga yang mampu melarikan diri dari predator adalah salah satu cara bagaimana blooming bisa terjadi. Hebatnya, dengan melihat perilaku individu mikroskopis, kita dapat menggunakannya untuk membantu menjelaskan fenomena makroskopis" kata Menden-Deuer.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com