Lamongan, Kompas -
Tarmuji (42) saat ditemui di sela-sela memanen sorgum (
Petani lainnya, Kastinah (48), menyatakan memilih menanam sorgum pada musim kemarau
Sorgum bisa dipanen dalam waktu sekitar tiga bulan. ”Satu hektar kalau bagus bisa menghasilkan hingga 7-8 ton. Kami masih untung, meskipun harganya lebih rendah dari jagung, perawatannya tidak rumit. Panenan dibeli pengepul untuk dibawa ke Surabaya,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lamongan Aris Setiadi menyebutkan, luas areal tanam sorgum di Lamongan mencapai 634 hektar. Sorgum yang dihasilkan di Kecamatan Babat mencapai 3.930,8 ton. Sorgum dikembangkan di Desa Keongan, Kabalondono, Jatinawon, dan Moropelang. Rata-rata produksi 6,2 ton per hektar.
Sorgum merupakan satu jenis tanaman serealia asal Benua Afrika yang kini banyak dikembangkan di Afrika dan India. Di Jawa Timur, selain di Lamongan, sorgum juga dikembangkan petani di Tuban, Bojonegoro, dan Probolinggo dengan pola tradisional.
Ke depan, saat kemarau dan kondisi air terbatas, petani di Lamongan diharapkan lebih banyak menanam sorgum daripada padi yang berisiko gagal panen karena kurang air.
Sorgum bisa diolah menjadi aneka produk pangan, pakan ternak, dan bioetanol. Produk pangan berbasis sorgum, di antaranya, berondong, pilus, dan kue.