Tikus Tanpa Geraham Ditemukan di Sulawesi

Kompas.com - 22/08/2012, 15:34 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ekspedisi penelitian yang dilakukan di Sulawesi berhasil menemukan genus tikus baru. Makhluk ini unik karena tidak memiliki gigi geraham.

Penemuan yang dipublikasikan di jurnal Biology Letters itu diprakarsai oleh Anang Setiawan Achmadi dari Museum Zoologi Bogor, Jacob Esselstyn dari McMaster University di Kanada, dan Kevin C Rowe dari Museum Victoria Melbourne. "Spesies tikus ini unik karena tidak memiliki molar atau gigi geraham," kata Anang saat dihubungi Kompas.com, Rabu (22/8/2012).

Tikus baru ini hanya berukuran beberapa sentimeter dan memiliki moncong yang panjang. Semua tikus yang ditemukan sebelumnya memiliki gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham. Namun, tikus ini hanya memiliki dua gigi seri dan gigi taring, tanpa geraham. Spesies dan genus tikus baru ini dinamai Paucidentomys vermidax. Paucidentomys berarti sedikit gigi, sementara vermidax berarti pemakan cacing.

Menurut Anang, tikus ini merupakan bentuk evolusi baru dari golongan tikus. "Secara morfologi, ini dekat dengan tikus. Tetapi, secara perilaku, ini dekat dengan curut. Karenanya, ini dinamai shrew rat atau tikus kencurut," papar Anang.

Tikus dan curut adalah hewan yang mirip, tetapi sebenarnya berbeda. Anang menerangkan salah satu perbedaan kedua hewan itu terletak pada makanannya. Curut adalah hewan pemakan serangga (insektivora), sedangkan tikus adalah hewan pemakan segala (omnivora).

Tiadanya gigi geraham merupakan salah satu adaptasi yang dialami tikus ini. "Spesies ini menyuguhkan bukti bagaimana evolusi bisa berbalik ke sifat-sifat yang muncul sebelumnya ketika menghadapi tantangan baru," kata Esselstyn seperti dikutip Discovery, Selasa (21/8/2012).

Anang menuturkan, tikus spesies baru ini memakan cacing dan larva serangga dengan cara unik. Para peneliti menduga tikus ini makan dengan memotong cacing, lalu langsung menghisapnya ke dalam perut tanpa mengunyah lebih dulu.

Paucidentomys vermidax dideskripsikan dari dua spesimen yang seluruhnya ditemukan di Sulawesi. Satu spesimen ditemukan di Gunung Latimojong, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Adapun spesimen lainnya ditemukan di Gunung Gandang Dewata, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau