Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulan Sabit, Antara Sains dan Simbol

Kompas.com - 15/08/2012, 14:33 WIB

Oleh M Zaid Wahyudi

Bulan sabit telah lama dijadikan simbol dari segala hal yang bernuansa islami. Penggunaannya sangat luas, mulai dari simbol di atas kubah masjid, gerakan kepalangmerahan, lambang partai politik, hingga lambang sejumlah negara. Bentuk yang paling banyak digunakan adalah sabit tegak mirip huruf C.

Bentuk bulan sabit berbeda-beda bergantung dari posisi tempat terkait di muka Bumi. Di sekitar khatulistiwa, posisi bulan sabit seperti huruf C telentang. Menjauhi khatulistiwa, bentuknya makin miring mirip huruf C.

”Di daerah yang terletak pada 40-60 derajat Lintang Utara atau Lintang Selatan, bentuk bulan sabit terlihat tegak seperti huruf C,” kata Judhistira Aria Utama dari Laboratorium Bumi dan Antariksa, Universitas Pendidikan Indonesia, Senin (6/8).

Helmer Aslaksen, pengajar Departemen Matematika di National University of Singapore dalam artikel What Does the Waxing or Waning Moon Look Like in Different Parts of the World? menyatakan, bulan sabit muda di belahan Bumi utara, yang menandai awal bulan dalam penanggalan Hijriah, terlihat mirip huruf C terbalik. Adapun bulan sabit tua yang menandai akhir bulan Hijriah akan berbentuk mirip huruf C.

Artinya, fase Bulan dari sabit muda hingga sabit tua di belahan Bumi utara bergeser dari bagian kanan Bulan ke bagian kiri. Kondisi ini terjadi karena gerak Bulan di belahan Bumi utara searah dengan jarum jam.

Sebaliknya, di belahan Bumi selatan, bulan sabit muda terlihat mirip huruf C dan sabit tua mirip huruf C terbalik. Bulan di belahan Bumi selatan bergerak berlawanan arah jarum jam.

Di khatulistiwa, bulan sabit muda dan tua bentuknya sama, hanya ditentukan oleh posisi dan waktu terlihatnya. Bulan sabit muda yang terlihat di ufuk barat setelah Matahari terbenam, sedangkan bulan sabit tua terlihat di ufuk timur sebelum Matahari terbit.

Di khatulistiwa, semua benda langit terbit dan terbenam tegak lurus terhadap horizon (ufuk). Ini membuat bulan sabit muda ataupun sabit tua sama-sama telentang ke atas.

Arah sabit luar Bulan selalu menunjukkan arah datangnya sinar Matahari. Saat sabit muda, sinar Bulan berasal dari Matahari menjelang terbenam. Sedangkan pada sabit tua, sinar Bulan berasal dari Matahari yang belum terbit. Ini sebabnya tak ada bentuk sabit telungkup.

Simbol

Selain kesalahan penentuan posisi bulan sabit berdasarkan wilayah, kata Judhistira, bentuk bulan sabit yang digambarkan banyak yang berbeda dengan kondisi riil di alam. Sejumlah simbol menggambarkan bentuk sabit hampir seperti lingkaran penuh dengan kedua ujung sabit hampir bertemu.

Di alam bulan sabit selalu membentuk setengah lingkaran. Ini karena hanya separuh Bulan yang menerima pancaran sinar Matahari.

Penempatan bintang di antara ujung sabit juga tidak tepat. Bagian gelap di tengah bulan sabit bukan ruang kosong, tetapi bagian Bulan yang tidak menerima pancaran sinar Matahari.

Seperti benda-benda langit lain yang memiliki gravitasi dan berputar pada porosnya, bentuk Bulan seperti bola. Fase-fase Bulan mulai dari bulan mati, sabit muda, seperempat pertama, tiga perempat pertama, purnama, hingga kembali lagi ke Bulan mati terbentuk akibat dinamika Bulan yang berputar pada porosnya sembari mengelilingi Bumi. (lihat grafis)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com