Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Burung Laut Mengenali Kerabat Lewat Bau

Kompas.com - 19/07/2012, 14:21 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

MONTPELLIER, KOMPAS.com - Burung laut jenis Hydrobates pelagicus ternyata mampu mengenali kerabatnya lewat bau. Kemampuan tersebut dimiliki guna mencegah inbreeding atau perkawinan dengan satu kerabat.

Demikian terungkap dalam hasil penelitian Fransesco Bonadonna dari Centre of Functional and Evolutionary Ecology di Montpellier, Perancis, dan rekannya yang dipublikasikan di jurnal Animal Behaviour baru-baru ini.

Kemampuan mencium bau dengan tujuan menemukan pasangan untuk dikawini telah umum dijumpai pada mamalia. Namun, ilmuwan selama ini beranggapan bahwa burung cenderung memakai suara ataupun pengelihatan untuk memilih pasangan.

Fakta bahwa burung laut ternyata juga bisa menggunakan indera pencium untuk menentukan pasangan menjadi bukti baru. Kemampuan tersebut tidak hanya dimiliki golongan mamalia semata.

Untuk meneliti kemampuan burung itu, Bonadonna dan rekan mengambil beberapa sampel burung dan mengusapnya untuk mendapatkan bau. Burung yang dipakai untuk riset berhabitat di Pulau Isla de Benidorm, Spanyol. Kekerabatan burung di sana telah dipelajari selama 20 tahun.

Setelah bau didapatkan dengan usapan, ilmuwan meletakkan kain dengan bau dari burung satu kerabat di salah satu lengan dan kain dengan bau burung yang tak sekerabat di lengan lain. Hasil menunjukkan, burung cenderung mendekati kain dengan bau burung tak sekerabat.

"Yang kami temukan juga berkaitan dengan fakta bahwa selama 18 tahun studi, kami tak pernah menemukan pasangan burung yang sekerabat berada dalam satu sarang," kata Bonadonna seperti dikutip BBC, Rabu (18/7/2012).

Sejak lahir hingga akhir hidupnya, Hydrobates pelagicus selalu berada dalam koloninya. Jadi, satu area tertentu juga merupakan rumah bagi beberapa burung yang masih memiliki kekerabatan.

"Burung ini juga secara teori punya prinsip hanya memiliki satu pasangan sepanjang hidupnya. Jadi, bila pilihannya buruk (yang sekerabat), maka itu akan jadi katastrifi," kata Bonadonna.

Menurut Bonadonna, mempelajari perilaku satwa sangat penting untuk mengetahui dampak aktivitas manusia pada satwa itu. Polusi dan manipulasi kondisi lingkungan mungkin memiliki dampak yang buruk hanya karena manusia tak mengetahuinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com