Jakarta, Kompas -
”Spesies anggrek mini digemari kolektor karena menghemat tempat,” kata Destario Metusala, peneliti Kebun Raya Purwodadi LIPI spesialisasi botani, agronomi, dan taksonomi anggrek, ketika dihubungi, Rabu (11/7), di Pasuruan, Jawa Timur.
Tim eksplorasi Kebun Raya Purwodadi LIPI menemukan anggrek itu, lalu menanamnya di Kebun Raya Purwodadi tahun 2006. Destario meneliti taksonominya dan membuktikannya sebagai spesies baru. Hasil penelitiannya dimuat pada jurnal ilmiah Malesian Orchid Journal volume 10, Juli 2012.
”Penelitian taksonominya selama dua tahun, tergolong cepat karena didukung bunga yang ada sepanjang tahun,” kata Destario.
Anggrek ini tumbuh membentuk rumpun. Tingginya dapat mencapai 30 sentimeter. Batang atasnya berdiameter 1 milimeter dan menggembung pada pangkal bawahnya sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
Bunganya mini dengan lebar 0,8–1 sentimeter dan panjang 1,2–1,5 sentimeter.
Kelopak bunga membuka lebar dengan proporsi bibir bunga cukup besar dan terdapat rambut halus di permukaan bagian depannya. Lama mekar setiap kuntum 3-5 hari.
Menurut Destario, jenis anggrek Dendrobium paling banyak dikomersialkan. Nama mucrovaginatum dari istilah mucro yang menunjuk pada karakter tonjolan sempit dan vagina untuk asumsi pelepah daun yang berbentuk khas.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial LIPI Suprapedi mengatakan, saat ini LIPI juga meriset papan untuk pembentukan kebun vertikal yang juga sangat cocok untuk pengembangbiakan komoditas seperti anggrek mini tersebut.
”Singapura sudah menguji penggunaan papan untuk kebun vertikal dari LIPI. Pemerintah Singapura bahkan memberikan subsidi 50 persen penggunaan papan untuk kebun vertikal tersebut,” kata Suprapedi.