Banyak Keris Indonesia "Lari" ke Luar Negeri

Kompas.com - 28/06/2012, 20:25 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com - Sekretariat Nasional Keris Indonesia  mencatat keris-keris pusaka warisan kerajaan di berbagai daerah di Indonesia banyak yang "lari" ke luar negeri akibat pemiliknya tergoda dengan harga tinggi.

"Sebenarnya hingga saat ini masih banyak keris-keris pusaka peninggalan kerajaan dan menjadi buruan para kolektor yang nantinya kembali dijual ke luar negeri," kata Humas Sekretariat Nasional Keris Indonesia  (SNKI) J Andri di Denpasar, Kamis (28/6/2012).

Ia mengatakan hal itu di sela-sela kegiatan sarasehan yang mengusung tema "Penguatan Keris sebagai Representasi Pusaka dan Peradaban Bangsa" yang digelar dalam kaitan menyambut Hari Tumpek Landep, ritual khusus yang ditujukan untuk keris dan benda-benda tajam yang terbuat dari bahan besi.

Ia mengatakan, di berbagai daerah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera masih banyak memiliki warisan keris pusaka zaman kerajaan.

"Keris-keris tersebut kini menjadi sasaran empuk para pemburu keris untuk selanjutnya diperdagangkan kembali ke luar negeri," ujar J Andri yang mengaku memiliki 400 koleksi keris.

Jika keris-keris pusaka warisan zaman kerajan di Tanah Air itu sampai habis dijual ke luar negeri, maka generasi mendatang tidak akan mengetahui betapa Indonesia pernah kaya dengan beraneka ragam keris yang pernah dimiliki.

"Keris Indonesia, khususnya dari kerajaan-kerajaan di Kalimantan dan Sumatera kini menjadi koleksi museum di Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam," tutur J. Andri.

Oleh sebab itu perlu kesadaran dari para pewaris keris pusaka bekas kerajaan di Tanah Air untuk tetap melestarikan. Selain itu pemerintah kabupaten/kota, khususnya museum untuk mengoleksinya, jangan sampai warisan yang bernilai sejarah itu "lari" ke luar negeri.

Hal itu penting karena keris pusaka merupakan salah satu warisan seni budaya yang diharapkan tetap eksis di tengah kemajuan dan perkembangan sebagai cermin peradaban bangsa Indonesia, ujar J. Andri.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau