Langkah ini untuk mencegah stres pada induk dan anak badak. Awalnya, rombongan wartawan yang diundang Kementerian Kehutanan tak diperbolehkan melihat kondisi badak melalui monitor kamera jarak jauh (CCTV). Namun, petugas akhirnya memperbolehkan.
Melalui siaran CCTV yang diterima televisi tabung berukuran 14 inci, induk badak bernama Ratu dan anaknya tampak tiduran di tanah lapang. Si anak sesekali bangun dan berusaha menyusu kepada induknya.
CCTV itu dipasang pada boma (kandang semialami seluas
Di samping boma, terdapat ”kandang” lebih besar berukuran 100 meter x 100 meter. Ini juga menjadi tempat aktivitas badak Ratu. Kandang kecil dan besar ini berada di SRS seluas 100 hektar. Lahan ini dibagi empat bagian yang masing-masing dihuni badak Sumatera bernama Andalas (induk jantan), Ratu, Rosa, dan Bina.
Dokter hewan Dedi Candra dari Yayasan Badak Indonesia yang bertugas di SRS, Minggu, mengatakan, saat ini Ratu dan anaknya dalam pengawasan superintensif.
”Tidak ada yang memiliki akses masuk (kandang Ratu). Yang boleh masuk hanya pawang dan dokter, kebetulan saya. Yang paling mengerti Ratu adalah saya karena bertahun-tahun bekerja merawat dia. Tahu persis karakteristiknya,” kata Dedi.
Ia mengatakan, pengamatan superintensif dilakukan karena referensi kelahiran badak Sumatera sangat minim. Kelahiran anak badak sangat langka dan disebut sebagai peristiwa pertama kali selama 120 tahun penangkaran.
Dedi mengatakan, secara umum kondisi induk dan anak terpantau sehat. Si anak masih belum tegap berjalan serta penglihatan dan pendengarannya belum sempurna. Adapun induknya, Ratu, menjadi sensitif dan sangat protektif terhadap anaknya.
Namun, dalam pengamatan superintensif yang rencananya dilakukan selama 24 jam penuh dalam dua pekan, Dedi ingin melihat perkembangan dan kesehatan induk dan anak. ”Pada anak akan dilihat apa ada infeksi di tali pusar? Mau menyusui? Sudah kencing? Apa biasa digigit lalat dan kutu serta luka-luka? Apa gerakan kaki berjalan dengan normal. Pada induknya dilihat apakah ada infeksi?” ujar Dedi memaparkan
Ia mengatakan, hingga kini pihaknya belum bisa mengukur berat dan panjang bayi badak. Hal itu belum bisa dilakukan karena masih terbatas akses untuk mendekati Ratu. ”Prinsipnya satu minggu sejak kelahiran tidak ada perubahan. Kami mengusahakan agar induk dan anaknya nyaman. Induk menerima anaknya karena beberapa kasus kelahiran satwa liar, induk tidak mau menerima anak,” ujarnya.
Sukatmoko, juru bicara Taman Nasional Way Kambas, mengatakan bahwa publikasi foto akan dilakukan setelah Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan memberikan siaran pers pada hari Senin ini di Jakarta. Ia mengatakan, kesuksesan kelahiran badak Sumatera di SRS ini merupakan keberhasilan Indonesia di bidang konservasi fauna dilindungi itu.(ICH)