Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerhana Bulan Mungkin Memicu Gempa Sukabumi

Kompas.com - 05/06/2012, 04:06 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerhana Bulan Sebagian terjadi pada Senin (4/6/2012), memuncak pada pukul 18.03 WIB. Tak berselang lama setelah puncak gerhana, tepatnya pukul 18.18 WIB, gempa terjadi di Sukabumi.

Thomas Djamaluddin, peneliti di Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) dan pemerhati astronom Ma'rufin Sudibyo mengatakan, fenomena Gerhana Bulan Sebagian mungkin memicu terjadinya gempa Sukabumi.

"Mungkin. Secara temporal, waktunya bersamaan. Secara spasial, kawasan tunjaman di lepas pantai Indonesia bagian barat diketahui memiliki korelasi lebih tinggi dalam hal gempa dan Bulan baru/purnama," kata Ma'rufin

Ma'rufin mengungkapkan, Ada riset yang menyebut kawasan Indonesia bagian barat memiliki tidal stress lebih tinggi, sehingga terdapat probabilitas lebih dari 99 persen untuk terjadinya gempa saat konjungsi/oposisi Bulan.

Sementara Thomas menjelaskan, salah satu mekanismenya adalah, saat terjadi gerhana ada efek pasang maksimum di arah Bulan dan Matahari, yaitu di arah ufuk bagi wilayah selatan Jawa.

"Akibatnya, beban yang menjepit lempeng Eurasia mengendur, sehingga lempeng Indo-australia bisa menyusup ke bawahnya dan energi yang dilepaskannya yang dirasakan sebagai gempa," urai Thomas lewat jejaring sosialnya.

Thomas menegaskan, gerhana hanya mungkin menjadi pemicu terjadinya gempa, bukan sebagai penyebab. Ibaratnya, korek api di suatu waktu bisa menjadi pemicu kebarakan, bukan sebab kebakaran itu sendiri.

Lalu bagaimana dengan Supermoon? Sebelumnya dikatakan bahwa Supermoon, yang sejatinya juga purnama, dikatakan tidak menyebabkan gempa atau letusan gunung berapi.

Thomas menjelaskan bahwa memang gerhana, bulan baru, bulan purnama maupun Supermoon tidak bisa secara umum dikatakan sebagai penyebab bencana. Namun menurutnya, dalam kasus tertentu, faktor astronomi memang bisa memicu.

Beberapa kejadian gempa memang berdekatan atau bertepatan dengan bulan baru atau purnama. Gempa Aceh 26 Desember 2004 terjadi saat Purnama sementara gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 terjadi menjelang bulan baru.

Sementara itu, gempa besar yang mengguncang Jepang tahun 2011 juga terjadi menjelang Supermoon, saat Bulan berada pada posisi terdekat dengan Bumi, berjarak sekitar 350.000 km.

Saat gempa terjadi hari ini, Bulan sejatinya juga sedang berada di jarak yang dekat dengan Bumi, hanya 0,26 persen lebih jauh dari perigee. Gerhana malam ini bisa disebut gerhana Supermoon.

Apakah memang gerhana, bulan Baru dan Supermoon berkaitan dengan gempa? Bukti empirik telah ada. Namun, kiranya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menguraikannya.

Selama belum ada riset ilmiah yang menguraikannya, tak perlu ada kepanikan. Tanpa ada kaitan antara faktor astronomi dengan gempa, gempa itu sendiri memang perlu diwaspadai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Terkini Lainnya

    Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
    Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
    Oh Begitu
    Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
    Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
    Fenomena
    Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
    Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
    Kita
    Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
    Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
    Oh Begitu
    Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
    Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
    Oh Begitu
    Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
    Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
    Oh Begitu
    Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
    Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
    Oh Begitu
    Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
    Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
    Fenomena
    Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
    Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
    Fenomena
    Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
    Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
    Oh Begitu
    Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
    Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
    Kita
    Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
    Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
    Fenomena
    8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
    8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
    Oh Begitu
    Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
    Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
    Kita
    Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
    Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
    Oh Begitu
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Komentar di Artikel Lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau