JAKARTA, KOMPAS.com — Gunung Merapi yang terletak di utara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mulai menggemuk.
Inilah salah satu temuan hasil riset kerja sama antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Riset dan Teknologi, Japan Science and Technology (JST), dan Japan International Cooperation Agency (JICA) yang dipaparkan pada Selasa (1/5/2012) di Kantor COREMAP LIPI, Jakarta.
"Tahun 2010 Merapi meletus. Ternyata tahun 2011 itu Merapi sudah mengalami deformasi. Magma sudah mengisi Merapi," ungkap Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Menurut Surono, deformasi terjadi ketika magma sudah mengisi gunung berapi dan gunung mulai melembung. Deformasi bisa diamati dengan melakukan observasi kembang kempis gunung, getaran, dan panas dinginnya uap air.
"Saat ini Merapi sudah mulai melembung. Dalam waktu 2 bulan, Merapi sudah melembung 3 meter," kata Surono.
Menurut Surono, melembungnya Merapi sudah harus diikuti dengan pengamatan aktivitas vulkanik secara terus-menerus. Harus dicermati kecepatan suplai magma dan apakah magma sudah hampir dikeluarkan.
Pengamatan bisa dilakukan dengan melihat aktivitas kegempaan. Bila gempa terdeteksi pada 1 km, maka perlu diwaspadai. Saat ini kegempaan masih pada 5 km.
Surono mengatakan, waktu letusan Merapi belum bisa diprediksi. Namun, aktivitas vulkanik Merapi diketahui mengalami perubahan.
"Tidak ada kubah. Jadi benar-benar bolong," kata Surono.
Ia mengatakan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan perlu ditingkatkan. Persoalan peralatan dan sumber daya manusia yang memantau aktivitas gunung berapi perlu diselesaikan.
United States Geological Survey (USGS) memprediksi, jika antisipasi letusan Merapi tak dipersiapkan, maka jumlah korban bisa mencapai puluhan ribu jiwa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.