NEW HAVEN, KOMPAS.com — Lalat tsetse betina hanya memproduksi satu telur dalam satu waktu. Larva dari spesies ini menetas dalam perut induknya. Setelahnya, induk memberi larva makanan berupa senyawa serupa susu.
Kini, peneliti melaporkan bahwa susu pada lalat tsetse memiliki enzim yang disebut sphingomyelinase atau smase. Enzim ini juga dijumpai pada mamalia dan manusia.
Joshua Benoit, pakar serangga dari Yale University, yang terlibat penelitian mengungkapkan bahwa dengan fakta itu, lalat tsetse bisa digunakan untuk membantu studi laktasi manusia.
Pada manusia, kekurangan smase bisa mengakibatkan penyakit niemann-pick, sejenis penyakit terkait sistem saraf yang bisa berakibat fatal bagi anak-anak.
Lalu, ada juga penyakit tidur, sejenis penyakit yang diakibatkan oleh parasit dan ditularkan lewat gigitan lalat tsetse. Penyakit tidur bisa berakibat fatal jika tak ditangani. Belum ada vaksin untk penyakit ini.
Peneliti percaya bahwa dengan memanipulasi produksi enzim pada lalat tsetse, populasi jenis lalat ini bisa dikendalikan. Hal ini mungkin dilakukan dengan menyemprotkan zat kimia pada hewan yang menjadi makanan lalat tsetse.
Hasil penlitian Joshua dipublikasikan di jurnal The Biology of Reproduction.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.