Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/03/2012, 10:53 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Ilmuwan dari Syracuse University di Amerika Serikat menggunakan mineral jarang (rare mineral) untuk mengungkap iklim masa lalu.

Jenis mineral jarang yang digunakan adalah ikaite. Mineral jarang ini ditemukan di perairan dingin Antartika dan Greenland serta terdiri atas kalsium karbonat dan air.

"Ikaite adalah versi es dari batu gamping. Kristalnya hanya stabil di kondisi dingin dan meleleh pada suhu kamar," ungkap Zunli Lu, pakar geokimia yang melakukan penelitian ini.

Air yang membentuk struktur kristal ikaite (disebut air hidrasi) menyimpan informasi tentang temperatur saat kristal itu terbentuk. Jadi, ikaite bisa dipakai sebagai alat studi iklim masa lalu.

Lu mendapatkan kristal ikaite dari sedimen yang ada di Antartika. Sedimen tersebut telah terbentuk dalam 2000 tahun.

Secara spesifik, Lu tertarik pada lapisan sedimen Zaman es Kecil (300-500 tahun lalu) dan Periode Hangat Pertengahan (500-1000 tahun lalu). Kondisi iklim di kedua zama telah terdokumentasi di Eropa Utara, namun belum diketahui apakah kondisi tersebut meluas hingga Antartika.

Kristal ikaite berikatan dengan air di laut dalam saat terbentuk. Selama periode dingin, lapisan es mengembang dan air laut memiliki isotop oksigen yang lebih berat, yakni oksigen 18. Sementara, pada periode hangat, air tawar yang memiliki isotop oksigen lebih ringan, yakni oksigen 16, bercampur dengan air laut di kedalaman.

Untuk mengungkap kondisi iklim, Lu mengukur rasio isotop oksigen di air hidrasi dan di kalsium karbonat. Kondisi iklim di Eropa Utara dalam rentang waktu 2000 tahun dianalisis.

Lu menemukan adanya korelasi langsung antara naik turunnya isotop 18 dengan periode dingin dan hangat.

"Kami menunjukkan bahwa iklim di Eropa Utara mempengaruhi kondisi iklim di Antartika," ungkap Lu seperti dikutip EurekAlert, Rabu (21/3/2012).

Lu lebih gembira karena studi iklim masa lalu ini bisa dilakukan dengan mineral jarang. Mineral jarang kini tengah jadi perhatian dunia karena potensinya mendukung teknologi elektronika dan nano di masa depan.

Hasil studi Lu telah dipublikasikan secara online di jurnal Earth and Planetary Science Letters dan akan diterbitkan dalam versi cetak 1 Apil 2012 mendatang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com