Tomcat Kosmopolitan, Ada di Mana-mana

Kompas.com - 22/03/2012, 10:01 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menyusul serangan Paederus fuscipes atau serangga tomcat di Surabaya, kini mulai banyak pemberitaan tentang munculnya serangan di beberapa daerah lain, seperti Situbondo, Tasikmalaya dan Bali.

Apakah tomcat sudah menyebar?

Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hari Sutrisno, mengatakan, "Tomcat ini serangga yang kosmopolitan. Dia ada di mana-mana. Di sawah, taman kota, dan lainnya."

Hari mengungkapkan bahwa serangga tomcat menyukai tempat lembab. Jadi, tomcat juga kemungkinan terdapat di tempat seperti persawahan, taman kota, hutan mangrove, atau halaman rumah.

Guru besar ilmu serangga dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Aunu Rauf, menampik isu bahwa tomcat menyebar.

"Tomcat ini memang sudah ada di tiap daerah. Jadi tidak menyebar. Siapa pun bisa kena serangga ini dan itu sudah lama," ungkap Aunu saat dihubungi Kompas.com, Rabu (21/3/2012).

Hari mengakui bahwa serangan tomcat di Surabaya memang fenomenal karena menelan korban cukup banyak. Namun, ia mengimbau agar masyarakat tak perlu terlalu khawatir.

"Serangan ini tidak akan berlangsung lama, paling banter satu bulan," katanya.

Aunu menambahkan bahwa serangan tomcat akan berkurang dengan turunnya populasi tomcat. Penurunan populasi tomcat akan terjadi secara alamiah.

"Nantinya juga tomcat ini akan mati. Selain itu, kalau kita mematikan lampu, tomcat juga akan mencari tempat lain sehingga terjadi pengenceran populasi," urainya.

Hari mengungkapkan bahwa ketika makanan tomcat berupa serangga pra-dewasa sudah berkembang, tomcat tak akan bisa memakannya sehingga populasinya pun menurun.

Serangan tomcat sudah terjadi di Surabaya sejak 13 Maret 2012. Beberapa pihak mengaitkan booming populasi tomcat dengan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.

Outbreak tomcat di Indonesia sendiri pernah terjadi tahun 1990. Serangan pernah juga terjadi di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang, Malaysia (2004 dan 2007), India Selatan (2007), dan Irak (2008).

Hari menuturkan bahwa akan selalu ada puncak populasi tomcat, seperti halnya ulat bulu pada tahun lalu, tetapi tak bisa diprediksi kapan terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Terpopuler

    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau