SELANDIA BARU, KOMPAS.com — Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B, Rabu (21/3/2012), mengungkapkan bahwa orang Indonesia adalah nenek moyang penduduk Madagaskar. Kesimpulan tersebut didapatkan setelah ilmuwan asal Massey University di Selandia Baru, Murray Cox, melakukan analisis DNA orang Indonesia dan Madagaskar (disebut Malagasi).
Dalam riset, Cox mengambil sampel DNA dari 2.745 orang Indonesia yang berasal dari 12 kepulauan serta 266 etnis Malagasi, terdiri dari Mikea, Vezo, dan Andriana Merina. Penelitian memfokuskan pada DNA Mitokondria, jenis DNA yang terdapat di organel sel yang berfungsi menghasilkan energi. DNA ini diturunkan lewat ibu.
Riset menunjukkan bahwa 22 persen sampel punya pola DNA Polinesia, ciri suku Polinesia tetapi jarang ditemukan di Indonesia barat. Pada salah satu suku Malagasi, karakter ini ditemukan pada 1 dari 2 orang.
"Kami berpendapat kolonisasi awal (Madagaskar) oleh sekelompok kecil perempuan Indonesia, kurang lebih 30 orang," ungkap Cox seperti dikutip situs Discovery, Rabu hari ini.
Perempuan yang mengolonisasi Madagaskar masih produktif dan memiliki 93 persen gen yang terkait dengan Indonesia. Penemuan ini mungkin mengejutkan, tetapi beberapa bukti arkeologis dan linguistik mendukung. Secara linguistik, dialek Madagaskar mirip dengan Indonesia.
Bukti lain, banyak leksikon Madagaskar berasal dari bahasa Ma'anyan yang dipakai di lembah Sungai Barito, Kalimantan. Sementara itu, terdapat beberapa kata yang mirip bahasa Jawa, Melayu, dan Sansekerta.
Secara arkeologis, kolonisasi oleh Indonesia dibuktikan dengan temuan perahu, alat besi, alat musik seperti xylophone, alat makan, serta budidaya tanaman ubi jalar, pisang, dan talas.
Adakah laki-laki Indonesia yang berperan dalam kolonisasi Madagaskar? "Kami tahu laki-laki dan perempuan Madagaskar berasal dari Indonesia, cuma kami tak tahu berapa jumlah laki-laki. Bukti yang kami miliki menunjukkan bahwa jumlahnya sangat kecil," tambah Cox seperti dikutip Livescience, hari ini.
Teori kolonisasi Madagaskar sebelumnya menyebutkan bahwa kolonisasi sangat terencana. Sebab, pulau tersebut cocok untuk pelabuhan dalam perdagangan jalur Afrika ke Eurasia.
Dengan penemuan ini, Cox mengatakan, "Kita perlu berpikir kembali banyak hal tentang bagaimana Madagaskar dikolonisasi."
Cox mengungkapkan bahwa kolonisasi Madagaskar bisa jadi terjadi secara tak sengaja. Hal ini didukung oleh simulasi arus laut dan pola cuaca monsun.
Pada masa Perang Dunia II, misalnya, bangkai kapal yang dibom di dekat Sumatera dan Jawa bisa terbawa hingga ke Madagaskar. Hal yang sama juga bisa terjadi pada pelaut masa lalu.
Menanggapi hasil penelitian ini, Matthew Hurles, peneliti dari Wellcome Trust Sanger Institute, mengakui adanya keterkaitan antara Indonesia dan Madagaskar.
Ia berpendapat, "Orang Malagasi adalah 50:50 perpaduan dari dua grup nenek moyang, Indonesia dan Afrika Timur."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.