Inikah Spesies Baru Kerabat Manusia?

Kompas.com - 15/03/2012, 09:47 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

LONDON, KOMPAS.com — Kerangka manusia ditemukan di wilayah Maludong, dekat kota Mengzi di Propinsi Yunnan serta di Longlin, Propinsi Guangxi, China.

Ditemukan tahun 1979 dan 1989, tetapi lama tak dipelajari, paleontolog akhirnya berhasil mengetahui bahwa fosil tersebut berusia antara 11.500 dan 14.500 tahun. Namun, sampai saat ini, jenis manusia itu belum ditetapkan, cuma disebut manusia "Red Deer Cave".

Dalam publikasinya di jurnal PLoS ONE, Rabu (14/3/2012), paleontolog asal China dan Australia yang melakukan penelitian mengungkapkan bahwa fosil itu kemungkinan merujuk pada spesies baru manusia.

Meski demikian, Darren Curnoe dari University of New South Wales yang terlibat penelitian mengatakan, studi lebih lanjut masih harus dilakukan untuk mengklasifikasikan fosil manusia yang ditemukan.

"Kami akan hati-hati dalam menggolongkannya. Salah satu alasannya karena dalam ilmu tentang evolusi manusia atau paleoantropologi, kita tidak punya definisi umum tentang Homo sapiens, jenis kita sendiri antara percaya atau tidak. Jadi, ini sangat kontroversial," kata Curnoe seperti dikutip BBC, Rabu (14/3/2012).

Curnoe menguraikan, analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa gigi dari manusia Longlin dan Maludong menunjukkan kesamaan. Artinya, mereka merupakan satu populasi.

Namun, jika dibandingkan dengan jenis manusia lain, kedua fosil itu punya perbedaan. Manusia Longlin dan Maludong seperti perpaduan antara manusia purba dan modern.

Secara umum, fosil memiliki rongga tengkorak yang bulat dan menonjol di bagian tulang alis. Tulang tengkoraknya tebal, berwajah pendek dan datar serta memiliki hidung yang lebar.

Pemindaian sinar-X pada rongga otak menunjukkan bahwa manusia gua ini punya lobus frontal yang tampak modern dengan lobus anterior atau parietal yang masih tampak primitif.

Ciri lain, rahang manusia gua yang ditemukan tampak sedikit menonjol. Akan tetapi, manusia ini memiliki fitur dagu yang tak semenonjol pada manusia modern.

Curnoe memiliki tiga skenario tentang asal usul manusia gua ini. Pertama, manusia ini merepresentasikan Homo sapiens primitif yang bermigrasi dan hidup terisolasi dari yang lain.

Skenario kedua, manusia ini mungkin Homo sapiens yang berbeda, yang berevolusi di Asia dan hidup sezaman dengan manusia saat ini selama beberapa lama.

Sementara, skenario ketiga yang diajukan adalah bahwa manusia ini mungkin hasil perkawinan silang.

"Sangat mungkin manusia ini adalah hasil perkawinan silang antara manusia modern dan manusia purba yang ada saat itu. Opsi lain, mereka berevolusi secara terpisah karena tekanan genetik atau isolasi dalam respons terhadap tekanan lingkungan, misalnya iklim," ungkap Isabelle De Groote, pakar paleoantropologi dari National History Museum, Lonson.

Analisis DNA masih harus dilakukan untuk memastikan semuanya. Namun, terlepas dari spesies baru atau bukan, fosil ini tetap penting karena kondisinya yang masih bagus serta mampu menggambarkan kompleksitas migrasi dan perkembangan spesies manusia.

"Manusia Red Deer Cave hidup di wilayah yang dulu sangat menarik di China, dalam masa yang disebut epipaleolitik atau akhir Zaman Batu. Tak jauh dari Longlin, ada sistus arkeologi tempat bukti awal epipaleolitik di Asia Timur ditemukan. Ini diduduki oleh manusia yang sudah tampak modern dan sudah mulai membuat keramik untuk menyimpan makanan dan mereka mulai memanen padi liar. Ada transisi yang menarik antara berburu dan meramu menuju pertanian," ungkap Curnoe.

Dalam penelitian selanjutnya, Curnoe yang juga bekerja dengan Ji Xueping dari Yunnan Institute of Cultural Relics and Archaeology akan menganalisis artefak budaya dan alat batu yang ditemukan. Mungkinkah manusia gua ini akan menjadi kerabat baru kita?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau