Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari Separuh Hutan Mangrove Rusak

Kompas.com - 21/12/2011, 00:43 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tujuh hutan mangrove Indonesia menjadi percontohan di ASEAN meskipun hampir setengah dari total luas kawasan ini dalam kondisi rusak. Tidak usah sulit mencari contohnya, karena pantai utara Jakarta sudah habis diubah menjadi lokasi perumahan elit.

"Lebih dari separuh hutan mangrove kita rusak, sisanya baik dan sedang. Meski demikian, 70 persen kerusakan itu di luar kawasan hutan dan hanya 28 persen terjadi di dalam kawasan hutan," kata Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ditjen BPDAS dan PS Kementerian Kehutanan, Billy Indra, di Jakarta, Selasa (20/12/2011).

Berdasarkan hasil survei kementerian itu pada 2006, Indonesia memiliki luasan hutan mangrove terbesar di Asia Tenggara, yaitu sebesar 7,7 juta hektare. Namun ketika kembali disurvei tahun lalu, hutan mangrove di Indonesia dalam keadaan baik hanya 3,6 juta hektar, sisanya dalam keadaan rusak dan sedang.

Kerusakan hutan mangrove ini, katanya, diakibatkan konversi hutan mangrove menjadi perkebunan, pertambakan, dan pembangunan ekonomis (rumah, sawah) dan penebangan serta bencana alam.

Padahal, menurut dia, nilai ekonomi yang dapat diperoleh dari pelestarian mangrove per hektar cukup tinggi. Jika semuanya dirupiahkan, nilainya mencapai angka Rp1,6 miliar per ha per tahun.

Untuk memperbaiki mangrove yang rusak, kata Billy, tiap tahun dilakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 10.000 hektare. Selain itu, dalam APBN juga dianggarkan untuk membangun kebun bibit rakyat (KBR).

Di tahun 2011, dianggarkan membuat 10.000 unit KBR yang dapat menghasilkan 500 juta batang tanaman mangrove. "Pada 2010 hanya 8.000 unit KBR, sedangkan di tahun depan akan dibangun 12.000 unit," katanya.

Menurut Kepala Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Denpasar, Sasmitohadi, hutan mangrove tak sekedar memiliki fungsi ekologis. Saat mangrove rusak, menurut dia, bisa dipastikan akan terjadi penurunan ekonomi secara drastis.

"Jika mangrove hilang, pendapatan masyarakat menurun. Jika mangrove kembali digalakkan tangkapan nelayan menjadi tinggi," katanya.

Sasmitohadi mencontohkan, pendapatan kelompok masyarakat Bedul yang berada di hutan mangrove Alas Purwo dari sektor ekowisata berkisar Rp70 juta per bulan. Pada musim-musim tertentu, penghasilan kelompok masyarakat ini bahkan dapat mencapai Rp100 juta per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com