Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusaran Angin di Barat Filipina Janggal

Kompas.com - 12/12/2011, 19:37 WIB
Nawa Tunggal

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini sedang terjadi pusaran angin di perairan sebelah barat Filipina yang dipicu masih memanasnya suhu muka laut di belahan bumi utara tersebut. Kondisi ini tergolong janggal, karena posisi matahari sekarang berada di sebelah selatan equator.

"Kejadian ini sebagai anomali yang memengaruhi perubahan cuaca di Indonesia," kata Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik pada  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono Prabowo, Senin (12/12/2011), di Jakarta.

BMKG memberikan peringatan dini untuk Selasa (13/12) nanti, di antaranya curah hujan tinggi dan angin kencang menimbulkan gelombang luat tinggi mencapai 5 meter.

Wilayah perairannya mencakup Laut China Selatan, perairan Kepulauan Palawan, perairan Kalimantan utara, perairan timur Malaysia, Laut Natuna, perairan Riau, dan perairan Batam.Posisi  matahari di sebelah selatan equator menimbulkan  tekanan rendah. Bahkan, sudah menyebabkan terjadinya siklon tropis Alenga di tengah Samudera Hindia pada pekan lalu.

Terjadinya tekanan rendah di dua lokasi sebelah utara dan selatan equator yang hampir bersamaan menimbulkan berbagai kemungkinan. "Keduanya bisa memecah konsentrasi pembentukan awan, sehingga hujan ekstrem pada puncak musim hujan hingga Februari 2012 nanti bisa saja berkurang dan tidak terjadi banjir besar yang sedang dikhawatirkan," kata Mulyono.

Perairan barat Filipina merupakan bagian dari Pasifik barat yang masih menghangat dengan suhu berkisar 29 derajat Celcius.Kondisi ini menyebabkan fenomena La Nina yang turut menyuplai massa uap air, terutama ke wilayah Inodnesia bagian timur.

Pusaran angin dengan satus kondisi tekanan rendah memiliki kecepatan angin di bawah 60 kilometer per jam.Ketika meningkat antara 60-120 kilometer per jam berubah menjadi depresi tropis, dan menjadi siklon tropis manakala kecepatan angin sudah di atas 120 kilometer per jam.

"Pada pekan lalu mencapai tingkat depresi tropis, tetapi tidak sampai meningkat lagi menjadi siklon tropis. Kemudian kembali pada tekanan rendah sampai sekarang," kata Mulyono. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com