Jakarta, Kompas
”Peringatan dini dipengaruhi Osilasi Madden-Julian (MJO),” kata Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana (Geotech) pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Fadli Syamsudin, Jumat (9/12), di Jakarta.
MJO merupakan pergerakan massa uap air dari barat Samudra Hindia ke timur hingga Pasifik dengan periode berulang 40-60 hari yang menaikkan intensitas curah hujan. MJO masuk Indonesia, pekan lalu, dan menyisakan kumpulan awan, terutama di Indonesia timur.
Di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kondisi perairan dilaporkan normal. Belum ada larangan melaut.
”Kondisi cuaca normal tak berangin. Tinggi gelombang maksimal 1,5 meter yang aman untuk pelayaran,” kata Syahbandar Pelabuhan Kolaka Zainuddin.
Muhamad Nur, nakhoda Kapal Cahaya Baru asal Bima, Nusa Tenggara Barat, menuturkan, ia mendengar beberapa hari ini cuaca di tengah laut kadang memburuk. ”Cuaca kadang sehari bagus, kadang sehari jelek. Yang benar-benar ekstrem belum ada,” ujar Nur. Sabtu ini ia berencana melaut dari Banjarmasin menuju Bima.
PT ASDP Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, akan memberlakukan sistem buka tutup penyeberangan Jawa-Bali dan sebaliknya jika cuaca tak aman untuk penyeberangan.
Di Gresik dan Lamongan, empat hari terakhir tangkapan ikan turun karena gelombang tinggi dan arus kencang yang membuat jaring nelayan tak mengembang maksimal.
Nelayan di Belawan sejak awal Desember lalu tak melaut karena cuaca buruk. Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Medan Alfian mengatakan, cuaca buruk diperkirakan hingga awal tahun.