Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badak Jawa Memberi Kami Makan

Kompas.com - 04/12/2011, 10:25 WIB

KOMPAS.com — Bagi masyarakat sekitar Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, keberadaan badak jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan satwa kebanggaan yang perlu diselamatkan. Di tengah upaya penyelamatan itu, tidak jarang komunitas tersebut mempertaruhkan nyawa mereka.

Tujuh pemburu burung liar dan madu di Blok Cimayang, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), mungkin akan menebaskan goloknya jika saja tidak cepat mengenali wajah Sumardi (45), warga Kampung Cikawung, Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Mereka mengira Sumardi adalah petugas patroli penjaga hutan TNUK. "Untung bukan petugas. Kalau tidak, pasti saya tebas," kata Sumardi, menirukan ucapan pemburu yang ditemuinya di tengah hutan pada awal 2011 itu.

Naluri pemburu liar tidak salah. Sumardi adalah petugas Rhino Observation and Activity Managerial (ROAM). Tugasnya, membantu pihak TNUK memantau populasi dan kondisi vegetasi pendukung kembang biak dan kawasan konservasi badak jawa.

"Ada ketakutan hal itu terulang lagi, tapi tak menghalangi niat untuk memantau badak. Hanya dengan video perangkap, keberadaan badak bisa diketahui," kata Sumardi, yang mengaku dibayar pihak TNUK per bulan.

Ketegangan lain dialami Sarian (44), warga Kampung Kiaragondok, Desa Ujungjaya, Kecamatan Sumur. Lebih dari 11 tahun memantau kehidupan badak jawa, ia ketakutan setelah bertemu Robot, badak dewasa penghuni TNUK, di Blok Karangranjang, tahun 2004. Tanpa dia duga, badak berciri khas langkah kaki kiri terserat karena kram itu menyerang dan menggigit kaki kiri Sarian yang beralas bot karet. Jauh berbeda dengan kebiasaan badak jawa yang umumnya pemalu.

"Saya sempat naik ke pohon, tapi Robot lebih cepat menggigit kaki kiri saya," kenang Sarian, yang pernah mendampingi studi pakar badak Mark Grifith di TNUK.

Sarian hanya pasrah dengan bergelantungan di pohon. Sekitar setengah jam kemudian, Robot melepaskan gigitannya. Ia belum berani turun meskipun teman-temannya mengatakan Robot sudah pergi.

"Saya turun dan merasakan kaki kiri saya ternyata masih ada. Saya langsung menangis. Tidak kapok. Saya semakin ingin tahu rahasia kehidupan badak jawa lainnya," katanya.

Ketegangan itu hanya cerita kecil keterlibatan masyarakat sekitar TNUK bergaul dengan badak jawa. Untuk mendapatkan bukti kehidupan badak jawa, mereka menembus rimba TNUK sepanjang puluhan kilometer hingga menginap beralaskan terpal di hutan selama berhari-hari. Sebanyak 40 kamera dipasang secara bergantian di 120 titik, dan harus dipantau setiap 10 hari sekali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com