Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Primata Cerdas Itu Diburu?

Kompas.com - 22/11/2011, 21:06 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Orangutan adalah salah satu primata cerdas selain simpanse. Penelitian menunjukkan bahwa 97 persen DNA orangutan identik dengan manusia. Namun, keduanya tak selalu berkawan.

Beberapa kejadian justru membuktikan bahwa manusia menjadi musuh orangutan. Manusia menjadikan orangutan budak seks, memperdagangkan tengkoraknya hingga menjadikannya kelinci percobaan obat.

Kejinya manusia memperlakukan orangutan juga terlihat di kebun kelapa sawit. Bukti menunjukkan bahwa perkebunan meminta karyawan atau warga membunuh orangutan bak membayar pembunuh bayaran.

"Orangutan dibunuh karena dianggap hama. Mereka mencabut tanaman sawit lalu menghisap pucuk-pucuknya," kata Daniek Hendarto dari Center for Orangutan Protection.

Bukti pembunuhan orangutan sudah banyak. Oktober 2011 lalu, ditemukan tulang di Desa Puan Cepak, Kalimantan Timur. Setalah diidentifikasi, tulang itu ternyata milik orangutan, diduga dibunuh dengan senjata tajam.

Bukti lain adalah penemuan orangutan di kalimantan Timur pada 3 November 2011 lalu. Orangutan itu dalam kondisi luka parah, diduga disika hingga patah tulang dan tidak bisa bergerak jauh.

Membiarkan orangutan berkeliaran akan menyebabkan kerugian besar. Inilah mungkin yang menjadi logika berpikir perkebunan kelapa sawit di beberapa daerah.

Satu orangutan, kata Daniek, bisa memakan 20-30 tanaman kelapa sawit per harinya. Jika satu tanaman nilainya 25 ribu rupiah, maka kerugiannya bisa dihitung dengan mudah.

"Jika makin besar, jumlah yang dimakan bisa lebih lagi. Kerugian pun akan makin besar juga. Jadi mungkin salah satu caranya adalah membunuh," tutur Daniek saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/11/2011).

Penelitian The Nature Conservancy dan 17 LSM lain yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE menyebutkan, jumlah orangutan yang dibunuh (tidak spesifik di kebun kelapa sawit) mencapai 750 ekor per tahun.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com