JAKARTA, KOMPAS.com — Bulus raksasa ditemukan pada Senin (14/11/2011) di Sungai Ciliwung, tepatnya di wilayah Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Awalnya, ada dua bulus yang diyakini jantan dan betina ditemukan dalam kondisi berhadapan. Namun, hanya seekor yang bisa ditangkap dan dibawa ke lahan kosong milik salah satu warga.
Bulus berjenis kelamin jantan yang berhasil ditangkap itu memiliki ukuran panjang 140 sentimeter (cm) dan lebar 90 cm. Bila diukur saat leher dan ekornya terjulur, bulus tersebut memiliki panjang 2 meter, sementara bobot bulus itu 140 kilogram.
Sempat diberitakan sebelumnya, nama spesies bulus itu adalah Chitra chitra. Mumpuni, pakar herpetologi dari Puslit Biologi LIPI, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/11/2011), membenarkan hal tersebut.
"Betul, memang bulus tersebut adalah Chitra chitra javanensis," ujar Mumpuni.
Mumpuni menuturkan, salah satu ciri menonjol dari spesies ini adalah bagian punggungnya yang lunak. Selain itu, ciri menonjol lainnya adalah corak garis menyamping berwarna coklat muda, serta kepala seperti berkerut.
Cara hidup satwa ini adalah membenamkan diri di sungai dan cenderung menunggu mangsa untuk dimakan. Satwa tersebut termasuk karnivora yang memakan keong, kerang, dan kepiting. Hewan ini berkembang biak dengan bertelur di musim hujan.
"Bulus atau labi-labi raksasa tersebut termasuk langka," kata Mumpuni.
Saat ini, status Chitra chitra javanensis di Indonesia dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 dan masuk kategori "terancam punah" menurut International Union Conservation of Nature (IUCN) Red List Appendix II CITES.
Tak ada penelitian
Mumpuni menjelaskan, pada 1980-an, bulus tersebut pernah ditemukan di wilayah Radio Dalam dan Tanjung Priok. Di luar Jakarta, bulus itu pernah ditemukan di Bengawan Solo wilayah Bojonegoro dan Situbondo. Koleksi keringnya kini ada di Kebun Binatang Surabaya. Meski langka, menurut dia, hingga saat ini belum ada penelitian khusus tentang populasi Chitra chitra javanensis di Ciliwung.
Perilaku, reproduksi, dan hal lain tentang satwa tersebut juga belum banyak diteliti. Karena termasuk langka, Mumpuni mengatakan, bulus yang ditemukan di Ciliwung sebaiknya dikembalikan ke habitatnya atau setidaknya dibawa ke Kebun Bintang Ragunan.
"Masyarakat harus turut menjaga spesies yang bahkan mampu bertahan di Ciliwung yang sarat polusi ini," ujarnya.
Seperti diketahui, sebanyak 92 persen spesies ikan, 66,7 persen spesies mollusca, dan 66,7 persen spesies udang dan kepiting yang hidup di Sungai Ciliwung telah punah. Untuk itu, jangan sampai bulus raksasa Ciliwung ini juga turut menghilang dari sungai yang mengaliri jantung Ibu Kota ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.