Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suweg Bisa Jadi Makanan Kelas Satu

Kompas.com - 07/11/2011, 21:09 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini sedang mengembangkan suweg sebagai alternatif bahan pangan. Demikian diungkapkan Dra Yuzammi MSc dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Suweg (Ammorphophallus paeonifolius) adalah jenis tanaman talas-talasan. Umbi, bagian cadangan makanan yang ada di dalam tanah serupa pada ubi jalar, bisa diolah menjadi tepung.

"Suweg ini bagus sekali kandungan karbohidratnya dan cocok digunakan untuk diet. Bisa juga sebagai pengganti terigu," ungkap Yuzammi yang ditemui di acara LIPI Expo di Jakarta, Senin (7/11/2011).

Selama ini, suweg telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan pangan. Namun  masih sebatas alternatif ketika beras atau tepung tidak tersedia atau kurang terjangkau harganya. Ini disayangkan. Pasalnya, suweg memiliki kadar serat yang tinggi sehingga bisa menjadi pengganti oatmeal. Kandungan karbohidrat pada suweg juga tinggi, mencapai 80 persen.

"Karena itu, kami mengembangkan. Jadi, suweg yang tadinya menjadi makanan terpinggirkan bisa menjadi makanan kelas satu yang bisa dikonsumsi semua kalangan," cetus Yuzammi.

Fokus utama pengembangan suweg oleh LIPI saat ini adalah perbanyakan. Umumnya, masyarakat memperbanyak suweg secara konvensional. LIPI mencoba beragam cara untuk memperbanyak suweg dengan cepat.

"Ini karena keterbatasannya nanti adalah stok. Kalau kami mau bicara produksi massal tteapi materialnya tidak ada, ya susah kan. Makanya, kami coba teknik perbanyakan yang cepat," jelas Yuzammi.

Selain itu, LIPI juga fokus mencari varietas yang unggul. "Kami sudah screening dan menemukan empat variasi yang unggul. Dari empat ini nanti akan diseleksi lagi untuk mendapatkan satu yang unggul."

Keunggulan variasi, menurut Yuzmmi, dinilai dari kemampuan untuk diperbanyak, kandungan nutrisi, dan kandungan kalsium oksalat. Senyawa kalsium oksalat yang tinggi menyebabkan rasa gatal ketika dimakan.

Dari beberapa varietas yang dikembangkan saat ini, satu di antaranya telah diolah menjadi tepung dan dijadikan biskuit. Yuzammi mengatakan, hasil olahan ketika dimakan sudah tidak menimbulkan rasa gatal.

Pengembangan suweg ini dalam dua tahun ke depan ditargetkan bisa mendapatkan varietas satu unggulan yang siap diolah dan teknik perbanyakan yang paling tepat untuk memperoleh stok banyak secara cepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com